Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Kebiasaan begadang memiliki dampak buruk bagi kesehatan.
Normalnya waktu tidur untuk orang dewasa adalah 7-9 jam setiap malam.
Namun, karena ada aktivitas yang harus dikerjakaan seperti belajar atau bekerja shift malam membuat sebagian orang memiliki kebiasaan begadang.
Kebiasaan tersebut memiliki risiko kesehatan pada tubuh. Misalnya stroke hingga kematian mendadak.
Ahli Sleep Disorders Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga (UNAIR) dr Wardah Rahmatul Islamiyah SpN(K) mengungkapkan, irama jam tidur terbentuk dari pola asuh sejak kecil. Pola asuh tidur larut malam menjadi salah satu penyebab timbulnya begadang.
Baca juga: Derita Stroke di Usia Muda hingga Alami Koma, Gadis Ini Ingatkan Bahaya Kebiasaan Begadang
“Irama tubuh orang yang begadang berbeda dengan orang biasanya. Begadang itu intinya melawan jam tubuhnya. Rata-rata orang mulai mengantuk dan tidur itu pukul sembilan,” tuturnya dikutip dari laman unair, Jumat (24/6/2022).
dr Wardah menjelaskan, kantuk tersebut disebabkan oleh hormon melatonin. Hormon tersebut akan banyak terproduksi ketika cahaya gelap.
“Biasanya mulai muncul (hormon melatonin) dari Magrib. Kemudian akan memuncak sekitar jam sembilan, sepuluhan. Lalu, pada pukul dua akan mulai menurun. Otomatis itu,” jelasnya.
Dosen FK UNAIR tersebut juga menyebutkan, adanya cahaya membuat melatonin tidak terproduksi. Hal itu meningkatkan risiko terjadinya insomnia kronik pada masa tua.
Risiko Kesehatan Mengintai
Seringkali begadang dibarengi dengan kebiasan mengkomsumsi cemilan maupun makanan berat.
Hal ini membuat organ pencernaan yang seharusnya beristirahat tetap bekerja. dr Wardah mengungkapkan, kebiasaan tersebut akan meningkatkan risiko terjadinya obesitas, diabetes, dan GERD.
“Sekarang itu banyak anak muda yang terkena GERD atau asam lambung meningkat. Salah satunya, disebabkan oleh begadang,” tutur dokter saraf Rumah Sakit Universitas Airlangga ini.