News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Muncul Virus Langya di China, Pakar Epidemiologi Ingatkan Untuk Waspada

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Anita K Wardhani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi virus. Baru-baru ini virus Langya telah ditemukan di China. Hingga saat ini ada 35 orang yang diumumkan telah terinfeksi virus Langya.

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Baru-baru ini virus Langya telah ditemukan di China. Hingga saat ini ada 35 orang yang diumumkan telah terinfeksi virus Langya.

Terkait hal ini, pakar Epidemiologi Griffith University Dicky Budiman mengingatkan untuk waspada.

Sejauh ini memang belum ada bukti tentang penularan antar manusia.

Baca juga: Virus Zoonosis Langya Ditemukan di China, 35 Orang Telah Terinfeksi, Gejalanya Demam hingga Muntah

Namun menurutnya, perlu ada mitigasi pencegahan.

Kemunculan virus ini, menjadi tanda bahwa banyak penularan penyakit yang terjadi dari hewan ke manusia.

Dan ini tentu berpotensi membahayakan manusia.

"Bicara preventif itu penting. Apa lagi Langya satu keluarga dengan virus Nipah yang berpotensi bisa lebih fatal. Perlu untuk waspada dan membangun respon. Pemerintah harus memperkuat survelens bukan hanya pada manusia tapi juga pada hewan," ungkapnya pada Tribunnews, Rabu (10/8/2022).

Lebih lanjut, Dicky menjelaskan jika kemunculan virus Langya bukan lah pertam kali. Sebelumnya virus ini sudah terdeteksi pada manusia tahun 2018 lalu.

Baca juga: Virus Covid-19 Terus Bermutasi, Manusia Harus Beradaptasi 

Perlu diketahui jika virus ini memiliki potensi untuk merusak ginjal pada manusia. Meski saat ini belum ada kasus yang membutuhkan rawatan ICU atau kematian.

Namun Dicky mengingatkan jika langkah memitigasi suatu wabah harus digalakkan. Serta, menggunakan skenario terburuk dan perlu dihindari.

Perlu diingat, virus Langya satu keluarga dengan virus Nipah. Sehingga ada kemungkinan menular antar manusia. Dan dapat menyebabkan angka kematian yang tinggi.

"Walau belum terbukti, dilakukan dengan isolasi karantina tadi. Serta mewaspadai potensi penularan dari cairan tubuh pasien dan saluran nafas. Seperti hidung dan mulut dalam bentuk droplet dan aerosol," pungkasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini