News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Wawancara Eksklusif

VIDEO EKSKLUSIF Prof Zubairi Djoerban Bercerita tentang Penemuan Kasus Pertama HIV/AIDS di Indonesia

Penulis: Srihandriatmo Malau
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Akhirnya balik tahun 1983 ke Jakarta, dan lapor ke kepala departemen. Kami coba test waria di Taman Lawang, ada beberapa waria yang CT form rendah sekali.

Meskipun CT formnya rendah tapi masih banyak penyebab lain.

Beberapa tahun kemudian saya tanya pada lingkungan ternyata beberapa orang sudah meninggal. Kebetulan atau entah kenapa dari teman media dari majalah Tempo terbit di majalah Tempo kemudian dipublikasikan di Kongres penyakit dalam tahun 1984. Itu yang waria.

Jadi tahun 1984 baru ketemu mula-mula virusnya. Kemudiam Juli 1985, saya diundang ke pertemuan AIDS pertama dunia di Atlanta di situ kemudian ketahuan virusnya namanya HIV/AIDS.

Nah tes itu kemudian saya bawa ke Indonesia tahun 1986, ada kasus di Rumah Sakit Islam dan saya bekerja di sana. Seoramg perempuan dengan autoimun karena kondisinya lemah saya periksa ternyata positif.

Dan kemudian juga meninggal dan menjadi viral istilahnya. Itu kasus-kasus pertama.

Prof Zubairi Djoerban saat berpose usai wawancara khusus dengan Tribun Network mengenai pencegahan penyakit HIV/AIDS di kawasana Kramat, Senen, Jakarta Pusat, Jumat (2/9/2022). Zubairi menuturkan setia pada pasangan bisa menjadi salah satu langkah pencegahan penyebaran HIV dengan efektif pada pasangan rumah tangga, ketimbang poligami. Tribunnews/Jeprima (Tribunnews/JEPRIMA)

Si X ini, yang terinfeksi HIV, kemudian meninggal, itu dia dapatnya dari mana?

Jadi penularannya bagaimana? Ternyata ada banyak penularannya. Awalnya kita kira hanya seksual saja.

Jadi riwayatnya waktu itu dari Amerika Los Angeles, San Francisco, New York, New Jersey yang di sebelah sana kebanyakan teman-teman muda di kalangan laki sama laki.

Kalau yang di New York dan New Jersey kebanyakan penggunaan narkotika. Jadi gampang ketahuan.

Dan kemudian ketahuan lagi ternyata bisa lewat laki ke perempuan.

Dan kemudian makin banyak ditemukan di Afrika dan di hampir semua benua akhirnya.

Dan ternyata penularan laki ke perempuan dan perempuan ke laki, jauh lebih banyak daripada penularan homoseksual dan dalam tanda kutip orang yang lain seksual, bisa hetero bisa mono, kemudian narkotik, dan ketiga lewat transfusi darah.

 Jadi waktu itu pasien-pasien hemofilia mendapatkan faktor 8 ini intinya adalah donor dikumpulkan banyak kemudian diolah, ketika tercemar satu, maka semuanya kena, banyak di Indonesia,  kasus yang saya tangani dengan hemofilia.Kemudian, setelah cara tesnya, sekarang proses untuk faktor 8 sudah diperbaiki, dan darah yang keluar dari PMI dan program transfusi darah manapun disaring bersih, 99,9 persen tidak bisa 100 persen tapi bisa dikatakan semuanya tidak terjadi penularan.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini