Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Polusi udara sudah sejak lama menjadi permasalahan yang paling disoroti. Indonesia, dalam hal ini Jakarta disebut pernah memasuki indeks kualitas udara terburuk di dunia.
Lantas apa dampak bagi kesehatan jika terus menghirup udara yang berpolusi?
Baca juga: Udara Dingin dan Polusi Udara Bisa Jadi Penyebab Hipertensi, Simak Penjelasan Dokter
Menurut Ketua Umum Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) dr Agus Dwi Susanto, SpP(K)s, ada banyak dampak kesehatan yang bisa diakibatkan karena terus-menerus menghirup udara berpolusi.
Ia pun memaparkan jika dampak yang disebabkan oleh polusi bisa terbagi dua. Pertama akut, yang sifatnya langsung muncul atau jangka pendek.
Kedua, kronik atau sifatnya menahun. Pada kelompok ini biasanya muncul dalam jangka panjang. Dr Agus pun memaparkan dampak akut atau jangka pendek akibat sering menghirup udara yang memiliki polusi.
"Jadi kalau orang kena polusi terus, sebenarnya sering muncul gejala akut. Tapi tidak dirasakan. Misalnya, kalau melewati suatu daerah berpolusi, mata akan merah. Terus hidung akan berair, bersin, sakit tenggorokan, dan muncul rasa tidak nyaman," ungkapnya saat diwawancarai Tribunnews di bilangan Jakarta, Selasa (27/9/2022).
Walau pun begitu, gejala tersebut sering kali tidak dirasakan. Bahkan, kata dr Agus bisa saja tidak terasa karena sebagian besar masyarakat telah menggunakan masker.
Baca juga: Udara Makin Kotor oleh Polusi, Air Purifier Kian Dibutuhkan untuk Basmi Bakteri Saat Berkendara
Akut lainnya adalah terjadi infeksi saluran pernapasan atas atau ISPA. Dr Agus menyebutkan jika data menunjukkan, orang-orang yang berada di daerah polusi cenderung lebih tinggi mengalami ISPA.
Risikonya lebih tinggi jika dibandingkan dengan penduduk desa yang memiliki tingkat polusi lebih rendah. Kemudian tanda akut lainnya adalah jumlah orang yang mengalami serangan penyakit yang sudah ada.
Dr Agus pun memaparkan riset yang pernah dilakukan oleh RSUP Persahabatan di tahun 2019. Penelitian tersebut ingin melihat berapa kunjungan ke rumah sakit karena asma dan Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) yang kambuh dan masuk IGD.
Dan ketika dikorelasikan dengan polusi, ternyata memiliki potensi yang cukup signifikan.
"Ketika polutannya naik melebihi nilai biasanya, jumlah serangan yang masuk ke IGD lebih tinggi. Jadi itu menunjukkan dampak akut pada orang-orang yang sudah punya penyakit paru-paru. Serangan lebih muncul dan sering ketika polusi meningkat. Itu dampak jangka pendek," paparnya lagi.
Baca juga: Andrew White dan Nana Mirdad Keluhkan Polusi di Jakarta, Putrinya Sempat Sesak Napas hingga Masuk RS
Sedangkan yang kedua, adalah jangka panjang sering kali tidak disadari oleh orang. Misalnya, muncul penyakit Asam, Kanker Paru-Paru hingga kanker Paru-Paru.
Kembali, dr Agus memaparkan hasil riset RSUP Persahabatan di tahun 2013. Riset dilakukan dengan 300 orang yang sakit kanker paru-paru.
"Ada empat persen. Padahal mereka tidak merokok, namun bekerja tiap hari di ruang polusi. Jadi empar persen itu orang yang terkena dampak dari polusi, dan berujung pada kanker-kanker paru," kata dr Agus lagi.
Terkait dampak ini, kata dr Agus memang jarang diangkat bahwa polusi bisa memberikan kesehatan jangka panjang.