Dokter orthopaedi yang melakukan tindakan tersebut harus menjaga stabilitas tangannya ketika melakukan pemasangan implant melalui koridor yang sangat sempit dekat dengan struktur-struktur penting seperti saraf dan pembuluh darah.
Pemasangan implant dengan cara ‘free hand’ ini sebetulnya dapat dilakukan dengan aman, tetapi operasi tulang belakang dengan durasi yang cukup lama dapat menyebabkan seorang dokter kelelahan baik secara fisik maupun mental.
Robot yang digunakan pada operasi tulang belakang dapat melakukan pekerjaan berulang-ulang dengan ketahanan yang sangat tinggi tanpa mengurangi performa dan mengurangi
risiko human error karena kelelahan sehingga akan meningkatkan hasil operasi pada pasien.
Dia menjelaskan, tindakan operasi dengan dukungan robot diawali dengan perencanaan pada mesin robot untuk menentukan arah dan posisi implant sehingga penempatan implant menjadi sangat-sangat akurat dengan tingkat akurasi 99 persen.
Baca juga: Apa Itu Spinal Pain atau Nyeri Tulang Belakang? Berikut Gejala dan Tips Pencegahannya
“Operasi kasus-kasus kompleks dengan perubahan struktur anatomi normal menjadi sangat mungkin dilakukan dengan menggunakan teknologi robot, contoh kasus yang sulit dilakukan tanpa robot antara lain adalah scoliosis berat, rheumatoid arthritis pada tulang leher, penyakit degeneratif berat pada tulang belakang dan pergeseran tulang derajat 3-4," ungkapnya.
"Selain mendukung akurasi, penggunaan robot juga dapat meminimalisir dosis radiasi baik pada pasien, dokter dan staf kamar operasi,” kata dr. Asrafi menambahkan.
Dia menambahkan, selain membuat dokter bisa lakukan operasi invasif yang minimal dengan sayatan yang sangat kecil pada pasien, Robbin juga membuat risiko cedera jaringan pada tubuh pasien menjadi sangat ringan.
Selama ini penanganan operasi invasif yang juga minimalis, menggunakan sinar X. Tapi hal tersebut berisiko adanya paparan radiasi pada pasien dan tenaga medis yang menanganinya.
"Dengan menggunakan alat robotik ini, pasien juga bisa ditempatkan hanya dalam satu posisi dan tenaga medis bisa tangani operasi pada berbagai bagian," jelasnya.
Dia menekankan, Robbin tidak menggantikan peran dokter tapi membantu memudahkan cara kerja dokter.
Untuk mengoperasikannya, terlebih dulu dokter memasukkan gambar CT Scan pasien ke robot. Selanjutnya, robot akan mengenali bahwa gambar tersebut adalah milik pasien tersebut.
Kemudian dokter lakukan planning pemasangan implan, baik lokasi, jarak dan ukuran implan yang akan dipasang.
Robot ini memiliki lengan dan selongsong di ujungnya. Lengan robot akan memgarahkan selongsong ke titik tertentu dan oleh lengan akan di-lock kemudian dokter bisa memasukkan alat bor atau implan melalui lengan tersebut.
Baca juga: Nyeri Tulang Belakang atau Lutut Bisa Jadi Indikasi Munculnya Penyakit, Ini Penjelasan Dokter
Dokter Omar Luthfi Sp.OT K-Spine menambahkan, Robbin merupakan alat robotik yang spesial untuk kebutuhan pasang implan di tulang belakang, bisa berupa skrup atau bantalan pada tulang belakang.