News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Gangguan Mental yang Dihadapi Banyak Anak Muda di Korea Selatan

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Willem Jonata
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi.

Di antara mereka yang berusia 30-an dan 40-an, 22,1 persen mengaku khawatir catatan medis mereka akan berdampak negatif pada polis asuransi, sementara 14,8 persen takut dicap gila.

Mereka memiliki alasan untuk menunjukkan kekhawatiran mereka

Pada Agustus lalu, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (HAM) Korea merekomendasikan dua perusahaan asuransi lokal untuk mengizinkan pasien yang dirawat karena gangguan depresi untuk membeli program asuransi mereka.

Profesor Park menunjukkan bahwa kurangnya informasi yang dapat diakses publik tentang pengobatan, merupakan alasan dibalik sikap ragu-ragunya masyarakat untuk mencari bantuan psikologis.

"Para ahli (di bidang kesehatan mental) harus mendekati masyarakat dan melakukan upaya untuk menyebarkan informasi yang relevan, dari sudut pandang publik," kata Profesor Park.

'Awareness, Attitude and Impact of Perceived Depression in the Workplace in Korea' oleh Korean Neuropsychiatric Association menunjukkan bahwa terdapat persepsi negatif terhadap perawatan penyakit mental di kalangan pekerja di Korsel.

Hanya 31 persen dari mereka yang didiagnosis depresi 'mau mengambil cuti', sementara 34 persen diantara mereka tidak memberitahu atasan atau rekan kerja mereka terkait penyakit yang mereka derita.

Para peneliti pun bertanya kepada responden yang terdiri dari 1.000 orang Korea berusia 16 hingga 64 tahun yang bekerja, terkait 'apa yang akan mereka lakukan jika mengetahui rekan mereka menderita depresi'.

Jawaban utama mereka adalah bahwa 30,2 persen diantara mereka akan menghindari percakapan semacam itu.

Ini menunjukkan bahwa berbicara tentang penyakit mental adalah masalah yang sensitif bagi kedua belah pihak.

"Untuk mencegah penurunan produktivitas akibat kehadiran di tempat kerja, harus ada program yang memadai untuk mendeteksi depresi pada tahap awal, bersamaan dengan sistem yang tepat untuk meminta bantuan dan mendukung pasien," kata para peneliti.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini