Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA --Komunikasi seksual sangat penting bagi pasangan sebagai kunci keharmonisan rumah tangga.
Seksolog sekaligus Medical Director QuickGlam dokter Haekal Anshari M. Biomed (AAM) mengatakan, banyak istri punya keluhan tidak pernah atau sulit mencapai orgasme sehingga sulit menikmati kehidupan seksualnya bersama suami.
Baca juga: Kepuasan Urusan Ranjang Masih Tabu Dibicarakan Pasutri, Studi Sebut 1 dari 3 Wanita Palsukan Orgasme
"Padahal sering penyebabnya karena disfungsi seksual yang dialami oleh suami, misalnya kualitas kekerasan ereksi yang tidak optimal, gangguan ejakulasi hingga ketidakpahaman dalam melakukan tahapan berhubungan seksual yang benar," ungkap Haekal Anshari dalam siaran pers yang diterima, Sabtu (5/11/2022).
Lebih lanjut Haekal menjelaskan, banyak pasangan yang juga tidak mengoptimalkannya tahapan penting dalam mencapai kenikmatan dan kepuasan bersama yaitu foreplay.
Umumnya, laki-laki cenderung mempersingkat tahap foreplay karena laki-laki mudah terangsang dan mudah mencapai orgasme daripada perempuan.
Sementara perempuan membutuhkan waktu untuk bisa terangsang dengan optimal yang ditandai dengan keluarnya lubrikasi vagina yang optimal sehingga siap untuk dilakukan penetrasi di tahap intercourse.
"Tapi umumnya, pasangan suami istri tidak tahu dan kurang paham dengan tahapan tersebut, jadi lebih banyak mempersingkat foreplay, akibatnya istri belum terangsang optimal langsung dipenetrasi dan hal ini akan menyebabkan nyeri akibat gesekan penis dan rongga vagina sehingga istri sulit untuk menikmati hubungan seksual tsb dan sulit mencapai orgasme," terang dia.
Bila hal ini terjadi berulang kali akan menurunkan minat istri untuk berhubungan seksual karena tidak menikmati.
Kondisi seperti itu sering kali diartikan bahwa perempuan enggan berhubungan seks dan suami akan mengira bahwa sang istri sudah tidak bergairah.
Baca juga: Atasi Disfungsi Seksual, Ini 7 Manfaat Durian untuk Kesehatan
Sehingga terkadang muncul kesalahpahaman antara suami dan istri yang berisiko mengganggu keharmonisan hubungan rumah tangga.
Serta beberapa disfungsi seksual yang sering dialami oleh pihak suami, yaitu Hipogonadisme.
Selain gangguan fungsi seksual, defisiensi hormon testosteron dapat menyebabkan berbagai gangguan kesehatan, seperti: Obesitas, Lingkar Pinggang Membesar, Susah konsentrasi, Daya tahan fisik berkurang, Penurunan kemampuan olahraga, mudah kesal, marah hingga menurunnya kesenangan hidup,Sindroma metabolik (gula darah tidak terkontrol, tekanan darah meningkat, peningkatan kolesterol, dan obesitas) yang berisiko menyebabkan terjadinya serangan jantung dan stroke.
Karena itu, ia menyebut melalui terapi koreksi hormon atau Hormone Replacement Therapy dapat membantu memperbaiki kondisi hormon yang telah terbukti ilmiah membantu mengatasi gejala-gajala penurunan hormon dan mencegah komplikasi penyakit akibat kondisi hormon yang turun.
Layanan Hormone Replacement Therapy tidak terbatas hanya untuk laki-laki tapi juga untuk perempuan yaitu dengan koreksi gangguan keseimbangan hormon estrogen dan progesteron.
Saat ini tidak semua klinik memiliki layanan Hormone Replacement Therapy karena membutuhkan assessment dan terapi oleh dokter yang memiliki kompetensi di bidang anti aging.
Salah satunya di Quickglam Klinik, yang tentunya diberikan sesuai indikasi medis dan layanan konsultasi seksologi.
--