Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Indonesia terus mewaspadai sejumlah penyakit tropis yang terabaikan atau Neglected Tropical Diseases (NTDs), salah satunya filariasis atau kaki gajah.
NTDs adalah Penyakit yang disebabkan oleh berbagai patogen, termasuk virus, bakteri, protozoa, dan cacing parasit.
Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit dr Maxi Rein Rondonuwu mengatakan berdasarkan data Kemenkes RI, sebanyak 236 kabupaten/kota di 28 provinsi di Indonesia merupakan daerah endemis filariasis.
Sebanyak 9.906 kasus kronis filariasis tersebar di berbagai provinsi di Indonesia.
"Dari target sebanyak 93, hanya 72 kabupaten/kota yang mencapai eliminasi pada tahun 2021, dan baru ada 33 kabupaten/kota telah mendapatkan sertifikat eliminasi filariasis," ujarnya di Jakarta, Senin (30/1).
Baca juga: Anastasia, Gadis Pengidap Kaki Gajah asal Sumba Harapkan Donasi Rp 100 Juta untuk Biaya Operasi
Ditambahkan Prof. Dr. Taniawati Supali, M.Biomed dari FKM UI, penyakit kaki gajah ini ditularkan oleh larva yang ada di dalam nyamuk.
Tahap awal orang terkena filariasis biasanya belum bergejala, masih normal.
"Ini yang susah untuk pengobatan tapi pasien bilang masih normal. Gejala awal demam ringan, itu yang menyebabkan mereka tidak sadar, kemudian bengkak, kempes, dan bengkak lagi dan tidak bisa kempes lagi," ucap Prof. Taniawati.
Terdapat lima provinsi dengan jumlah kasus tertinggi berdasarkan data analisis tahun 2022 yakni Papua, Papua Barat NTT, Aceh, dan Jawa Barat.
Sementara situasi kaki gajah secara global, sekitar 1 miliar orang yang tinggal di 72 negara endemis filariasis, sebanyak 120 juta di antaranya positif terinfeksi kaki gajah.
Dengan jumlah orang yang mengalami kecacatan di dunia mencapai 36 juta.