Saat ini WHO telah mengingatkan jika kanker pada anak sudah menjadi prioritas. "Jadi beberapa tahun terakhir ini WHO mengingatkan ini menjadi prioritas. Jadi kami harus memberikan kesadaran mengenai hal ini," kata Teny.
Untuk Indonesia berdasarkan data Srikandi periode 2016-2020, menurut Teny kanker
pada anak paling banyak masih berjenis Leukemia dengan jumlah 13.343 kasus.
Kemudian tumor otak 1.740 kasus, limfoma non Hodgkin 1.633 kasus, tumor ginjal 1.183
kasus, karsinoma nasofaring 641 kasus, dan limfoma Hodgkin 346 kasus.
"Jadi untuk leukimia ini bisa dibilang ada 14 anak mengidap dari 100 ribu orang," kata dia.
Baca juga: Kenali Gejala Awal Saat Anak Menderita Leukemia, Muka Terlihat Lebih Pucat
Selain data, ia mengatakan hal yang perlu diperhatikan pada kasus kanker anak yakni
kualitas serta harapan hidup ke depan.
Di negara berkembang seperti Indonesia, harapan hidup pengidap kanker masih rendah hanya 20 persen, sementara di banyak negara maju sudah 80 persen.
"Harapannya ini menurut WHO itu bisa naik sampai 60 persen," ucap Teny.
Jaga Pola Hidup Sehat
Ia menambahkan pengidap kanker sebetulnya masih dapat diselamatkan, bahkan bisadicegah melalui pola hidup sehat.
"Maka itu yang pertama tentu pola hidup sehat, dari makanannya dan lainnya. Terus kalau memang ada gejala segera diperiksa untuk memastikan semua baik-baik saja. Jangan sudah parah baru diobati. Kesadaran ini harus ditingkatkan," katanya.
Senada dengan Teny, Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)
Piprim Basarah Yanuarso mengingatkan penyakit kanker bisa menyerang anak-anak.
Meski tidak sebanyak pada orang dewasa, kasus kanker pada anak mulai menunjukkan
peningkatan. Namun Piprim mengatakan kanker pada anak cenderung bisa dideteksi
lebih dini.
"Makin dini terdeteksi, pengobatannya tidak sekompleks kalau sudah
menyebar ke mana-mana," ujar Piprim.
Piprim juga mengingatkan orang tua untuk meningkatkan kewaspadaan dini terhadap kanker anak. Sebab jika terlambat, pengobatannya akan semakin kompleks.
Sementara Sekjen Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi Indonesia (PERABOI), Yadi
Permana mengatakan kanker masih menjadi momok yang menakutkan karena banyak
informasi yang berseliweran sehingga memunculkan salah kaprah di tengah
masyarakat.