News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Flu Burung di Kamboja Masuk Disease Outbreak News WHO

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Anita K Wardhani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Foto Ilustrasi: Petugas memperagakan pemakaian alat pelindung diri yang akan dipakai tim medis untuk menangani pasien virus corona, di ruang flu burung/babi, RSUD Dr.Soedarso, Pontianak, Kalimantan Barat, Senin (27/1/2020)

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Direktur Pascasarjana Universitas YARSI Prof Tjandra Yoga Aditama ungkap kasus Flu Burung di Kamboja, masuk dalam daftar Disease Outbreak News (DONs) Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) per 26 Februari 2023.

"Kasus pertama flu burung pada anak usia 11 tahun di Kamboja. Gejala dan perburukan terhitung cepat, sama seperti kasus flu burung kita (Indonesia) beberapa tahun yg lalu," ungkapnya pada keterangan resmi, Senin (27/2/2023).

Baca juga: 58 Juta Burung Mati, Amerika Galau, Bisakah Vaksinasi Hentikan Flu Burung?

Kasus mulai menampakkan gejala pada 16 Februari dan segera diobati di Rumah sakit setempat.

Namun pada 21 Februari telah menjadi Pneumonia berat dan dirawat di National Pediatric Hospital.

Sayangnya, pada 22 Februari pasien meninggal.

Tjandra menyebutkan pemerintah Kamboja bergerak sangat cepat.

Pemerintah Kamboja mulai memeriksa PCR pada 21 Februari.

Baca juga: WHO Keluarkan Peringatan Kewaspadaan di Tengah Peningkatan Kasus Flu Burung di Kamboja

Sampel diambil melalui sentinel severe acute respiratory infection (SARI) dan langsung dinyatakan PCR positif.

Sampel juga langsung di kirim ke Institute Pasteur Cambodia yang merupakan "National Influenza Center - NIC" yg mengkonfirmasi kepositifannya.

Kamboja juga langsung mengirimkan data genetiknya ke GISAID.

Foto Ilustrasi: Petugas memperagakan pemakaian alat pelindung diri yang akan dipakai tim medis untuk menangani pasien virus corona, di ruang flu burung/babi, RSUD Dr.Soedarso, Pontianak, Kalimantan Barat, Senin (27/1/2020) (TRIBUN PONTIANAK/ANESH VIDUKA)

"Surveilan dan kecepatan proses seperti ini yang tentunya harus dilakukan di lapangan, termasuk juga di negara kita," tegasnya.

Lebih lanjut, Prof Tjandra menjelaskan jika penyebab penyakit pada anak tersebut adalah H5N1 clade 2.3.2.1c.

Jadi, bukan 2.3.4.4b yang banyak diberitakan di media kita beberapa hari ini.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini