Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Kesehatan telah mengingatkan jika obesitas merupakan penyakit dan dapat memicu berbagai komplikasi.
Obesitas sendiri bisa dialami berbagai kalangan usia, termasuk anak-anak.
Terkait hal ini, Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Dr Piprim Basarah Yanuarso, SpA(K) mengungkapkan cara mendeteksi obesitas pada anak.
Pertama, orangtua bisa melihat dari ciri-ciri fisik dari sang anak.
"Dari tampilan kelihatan, pipi temben, perut buncit dan bergelambir," ungkapnya pada media briefing virtual, Rabu (8/3/2023).
Kedua, bisa pula mengukur massa lemak tubuh dengan menggunakan radiologi atau rontgen.
Baca juga: Anak-anak Punya Berat Badan Berlebih Berisiko Alami Obesitas Saat Dewasa
"Ada juga masa lemak tubuhnya itu bisa pakai rontgen, radiologi, paling akurat mengukur masa lemak berapa banyak," paparnya lagi.
Namun secara klinis, bisa mendeteksi dengan cara ketiga, yaitu mengukur berat badan per tinggi badan.
"Sekarang kan gampang ngukur tinggi badan berat badan ya. Ada di hp sudah ada kalkuator Body mass index (BMI). Itu juga bisa dipakai untuk patokan kasar kalau tidak ada kurvanya," kata dr Piprim.
Cara mengukur BMI cukup mudah yaitu Indeks berat badan (dalam kilogram) dibagi dengan kuadrat tinggi badan (dalam meter) atau BMI = Kg/M2.
Jika hasilnya di atas 27, maka orang tersebut dikategorikan sebagai obesitas.
"Nilai indeks masa tubuh dan normal di bawah 19-25. Sedangkan 25-27 itu overweight. Sekarang itu ahli gizi di atas 27 ke atas termasuk obesitas," tutupnya.