Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Apa yang terjadi jika anak kontak erat dengan pasien tuberkolosis?
Menurut Ketua Unit Kerja Koordinasi (UKK) Respirologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Rina Triasih, setidaknya ada tiga hal yang terjadi.
"Ada tiga kemungkinan kalau anak kontak dengan pasien TBC," ungkapnya pada media briefing yang diadakan IDAI, Kamis (23/3/2023).
Pertama, jika daya tahan kuat, maka kuman TBC bisa ditendang
Sehingga tidak ada infeksi, gejala, sakit dan kuman di dalam tubuhnya.
Kedua, kuman memang masuk ke dalam tubuh, tapi sistem pertahanan tubuh bisa memagari.
"Sehingga dia kumannya ada dalam tubuh. Tapi tidak menimbulkan gejala. Ini disebut TBC disebut sebagai infeksi laten TBC,
Kalau di Covid-19 namanya orang tanpa gejala," papar Rina.
Ketiga, karena daya tahan tubuh tidak bagus, sehingga bisa menimbulkan sakit TBC.
Selain itu, dr Rina mengingatkan jika anak yang alami infeksi laten dan tidak mendapat obat pencegahan, suatu saat bisa kambuh menjadi sakit TBC. Bahkan bisa jadi sumber penularan baru.
Lebih lanjut, dr Rina menjelaskan jika gejala yang muncul pada TBC terbilang lama.
"Menimbulkan gejala bahkan bisa sampai 2 tahun. Yang paling cepet beberapa minggu. Biasanya paling sering 1 tahun," jelasnya.
Baca juga: Kasus TBC Anak Melonjak Dua Kali Lipat, IDAI: Capai 88.927 Kasus Pada 2022
Sehingga, kalau terdapat kontak dengan pasien TBC dan bulan depan masih keadaan baik, belum tentu tidak akan TBC.
"Sehingga kita harus mewaspadai ada gak gejala TBC selama beberapa tahun kedepan," pungkasnya.