News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Trending

Virus Marburg: Ini 5 Hal yang Perlu Diketahui

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Wahyu Gilang Putranto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi virus Marburg. Apa itu virus Marburg, bagaimana gejalanya dan seperti apa penyebarannya? Berikut 5 hal yang perlu diketahui seputar virus Marburg.

TRIBUNNEWS.COM - Negara Equatorial Guinea di Afrika Barat mengumumkan munculnya wabah penyakit virus Marburg pada pertengahan Februari lalu.

Setidaknya ada 9 kasus yang dikonfirmasi laboratorium, 7 di antaranya mengakibatkan kematian, dan kemungkinan 20 kasus orang meninggal dalam wabah ini, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Kini, pihak berwenang di Tanzania, di Afrika Timur, telah mengkonfirmasi kasus pertama virus Marburg di negara itu.

Pejabat kesehatan sedang menyelidiki total 8 kasus, 5 di antaranya telah meninggal, serta total 161 kontak sedang dipantau.

Seperti halnya Covid-19, virus dapat menyebar dari satu negara ke negara lain dan berpindah dari benua ke benua melalui transmisi manusia.

Seorang analis medis dari Universitas George Washington, Dr. Leana Wen menjelaskan apa saja yang perlu kita ketahui tentang virus Marburg.

Baca juga: Tingkat Fatalitas Tinggi Kemenkes Waspadai Masuknya Virus Marburg ke Indonesia

1. Apa itu penyakit virus Marburg?

Penyakit virus Marburg disebabkan oleh virus Marburg, yang datang dari keluarga virus yang sama dengan virus Ebola.

Seperti Ebola, Marburg menyebabkan demam berdarah parah yang berdampak pada banyak sistem organ dan dapat berujung pendarahan hebat.

Virus ini menyerang manusia dan hewan primata.

Infeksi virus Marburg merupakan penyakit zoonosis, artinya asal penyakit adalah penularan dari hewan ke manusia.

Dari wabah sebelumnya yang pernah ada, kelelawar buah telah diidentifikasi sebagai inang dari virus Marburg, yang kemudian ditularkan ke manusia.

2. Apa gejalanya dan apa yang membuat penyakit ini sangat berbahaya?

Ilustrasi virus Marburg (Medpage Today)

Baca juga: Virus Marburg: Haruskah Kita Khawatir tentang Penyakit Seperti Ebola yang Menyebar di Afrika?

Penyakit virus Marburg sangat mematikan dan sangat menular saat seseorang melakukan kontak langsung dengan orang yang terinfeksi.

Berdasarkan wabah sebelumnya, tingkat kematian kasus berkisar antara 24 persen hingga 88 persen, dengan tingkat kematian rata-rata sekitar 50 persen.

Ini berarti sekitar separuh orang yang tertular penyakit itu akan meninggal karenanya.

Gejala virus Marburg sering muncul tiba-tiba.

Pasien yang terinfeksi mengalami demam tinggi, sakit kepala, nyeri otot dan malaise.

Pasien juga umum mengalami sakit perut dan kram serta diare berair yang berat.

Penyakit ini, seperti Ebola, adalah demam berdarah, di mana orang yang terinfeksi mengeluarkan darah dari banyak lubang.

Secara eksternal, pasien mungkin mengalami pendarahan dari hidung, gusi, dan mata, dan pendarahan internal bermanifestasi sebagai darah dalam muntahan, urin, dan feses.

Kehilangan darah yang parah dapat menyebabkan syok dan kematian.

Masa inkubasi - periode dari infeksi hingga awal gejala - berkisar dua hari hingga tiga minggu.

Sebagian besar gejala dimulai dalam waktu seminggu.

Sedangkan kematian terjadi antara delapan dan sembilan hari setelah gejala awal.

3. Bagaimana virus Marburg menyebar?

Ilustrasi petugas medis memakai alat pelindung diri (APD). (AFP/HECTOR RETAMAL)

Baca juga: Virus Marburg Tewaskan 9 Orang di Afrika, Gejalanya Mirip Ebola

Mirip dengan Ebola, Marburg menyebar melalui kontak langsung manusia ke manusia.

Kontak ini termasuk kontak dengan darah atau cairan tubuh lain atau benda yang terkontaminasi dengan cairan tubuh orang yang terinfeksi — seperti tempat tidur, pakaian, jarum, dan peralatan medis lainnya.

Mereka yang paling berisiko terkena Marburg adalah orang yang melakukan kontak langsung dengan orang yang terinfeksi, yakni anggota keluarga, pengasuh dan petugas kesehatan.

Individu yang dicurigai atau dikonfirmasi virus Marburg harus ditempatkan dalam ruang isolasi.

Mereka yang merawat pasien harus memakai baju pelindung, sarung tangan dan masker untuk mencegah kontak fisik langsung dengan pasien.

4. Apakah ada vaksin? Bagaimana mengobati virus Marburg?

Belum ada vaksin yang dikembangkan untuk melawan virus Marburg, meskipun ada vaksin eksperimental dan kandidat vaksin lainnya.

Tidak ada pengobatan antivirus khusus.

Pasien yang terinfeksi dirawat dengan terapi simtomatik dan suportif, artinya mereka akan mendapatkan cairan, oksigen, dan transfusi darah jika diperlukan.

5. Siapa yang harusnya khawatir tentang virus Marburg?

Saat ini, kasus penyakit virus Marburg hanya ditemukan di dua negara, Equatorial Guinea dan Tanzania.

Upaya sedang dilakukan untuk menahan wabah ini.

Penahanan wabah berhasil dilakukan di masa lalu.

Marburg bukanlah penyakit baru — penyakit ini terdeteksi pada tahun 1967 setelah wabah serentak di Jerman dan Serbia.

Banyak wabah telah terjadi sejak itu, termasuk di Uganda, Republik Demokratik Kongo dan terakhir, pada tahun 2022, di Ghana.

Meskipun virus Marburg menyebabkan penyakit parah, ada cara untuk mengatasinya.

Individu yang menularkannya ke orang lain umumnya bergejala.

Selain itu, virus Marburg bukanlah virus yang ditularkan melalui udara.

Hal itu membuatnya lebih mudah untuk dikendalikan dibandingkan dengan Covid-19, yang sering ditularkan oleh orang yang tidak menunjukkan gejala dan sangat menular sehingga.

De Wen menyebut dua wabah Marburg di Afrika Barat dan Timur harus dipantau secara ketat.

Petugas kesehatan di wilayah ini harus waspada, dan upaya untuk menguji vaksin dan perawatan harus dipercepat.

Saat ini, sebagian besar dunia tidak perlu khawatir tentang bahaya infeksi Marburg.

Namun, virus Marburg adalah satu lagi pengingat dari banyak patogen zoonosis yang mampu menyebabkan kerusakan parah pada kesehatan manusia.

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini