TRIBUNNEWS.COM - Wabah epidemi virus Marburg di Equatorial Guinea, Afrika Tengah, dikonfirmasi minggu ini.
Dilansir SBS News, ini adalah pertama kalinya virus Marburg terdeteksi di wilayah itu.
Setidaknya 16 kasus telah terdeteksi, dengan sembilan kematian.
Belum ada pengobatan yang disetujui untuk virus Marburg, yang terkait erat dengan virus Ebola, tetapi vaksin sedang dikembangkan.
Apa itu virus Marburg?
Marburg adalah filovirus seperti saudaranya yang lebih terkenal, Ebola.
Baca juga: Virus Marburg Belum Ditemukan di Indonesia, Menteri Kesehatan: Jangan Buru-buru Panik
Marburg adalah bagian dari kelompok virus yang lebih luas yang dapat menyebabkan demam berdarah, sindrom demam dan pendarahan.
Filovirus adalah virus yang paling mematikan dari semua demam berdarah, dibandingkan dengan demam berdarah yang lebih umum seperti demam berdarah dengue, demam kuning dan demam Lassa.
Wabah pertama Marburg terjadi pada tahun 1967 pada pekerja laboratorium di Jerman dan Yugoslavia yang bekerja dengan monyet hijau Afrika yang dibawa dari Uganda.
Virus itu diidentifikasi di laboratorium di Marburg, Jerman.
Sejak saat itu, wabah telah terjadi di beberapa negara di Afrika, lebih jarang daripada Ebola, dengan yang terbesar di Angola pada tahun 2005 dengan 374 kasus dan 329 kematian.
Inang alami Marburg adalah kelelawar buah, tetapi juga dapat menginfeksi primata, babi, dan hewan lainnya.
Wabah manusia dimulai setelah seseorang melakukan kontak dengan hewan yang terinfeksi.
Virus menyebar di antara orang-orang terutama melalui kontak langsung, biasanya melalui cairan tubuh.
Baca juga: Kirim Ahli ke Guinea Khatulistiwa, Perangi Wabah Virus Marburg Mematikan di Negara Itu