Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Semenjak pekan lalu hingga hari ini, hampir sebagian besar negara-negara di Asia Selatan masih terdampak gelombang panas atau "heatwave".
Di Indonesia meski bukan gelombang panas, suhu maksimum harian tercatat mencapai 37,2 derajat Celcius di Ciputat pada pekan lalu.
Baca juga: Suhu di Arab Saudi Diprediksi 50 Derajat Celcius, Ini Tips Agar Jemaah Haji Tak Dehidrasi
Terkait hal ini, Anggota Unit Kerja Koordinasi (UKK) Gastro-Hepatologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dr Himawan Aulia Rahman, SpA mengungkapkan waspadai penyakit yang ditimbulkan cuaca panas.
"Memang saat ini suhu udara ekstrim panas. Dan ini bisa menyebabkan risiko, terutama pada anak-anak yang sering terpapar di ruang ruangan, berisiko dehidrasi," ungkapnya pada media briefing virtual, Kamis (27/4/2023).
Baca juga: Cuaca Panas di Indonesia, Pakar: Lansia dan Anak Jadi Kelompok RentanĀ
Adanya suhu tinggi di luar ruangan berisiko dehidrasi pada anak, khususnya pada mereka yang tidak banyak mengonsumsi air.
Hati-hati juga untuk para ortu terkait dehidrasi.
Dehidrasi adalah kekurangan cairan tubuh.
Pada anak-anak gejala dehidrasi bisa ditandai berupa demam, mulut dan lidah yang kering.
Lalu pada kondisi ekstrim, bisa buang air kecil dengan bewarna lebih pekat.
Baca juga: Viral Minum Oralit saat Sahur Agar Tahan Haus Saat Puasa, Dokter: Bukan Cegah Dehidrasi
Jadi bila air kencing bewarna lebih pekat, maka itu merupakan tanda alami dari dehidrasi.
Selain itu dehidrasi juga ditandai dengan anak yang selalu merasa kehausan.
Dehidrasi ringan sebenarnya masalah dan bisa ditangani sendiri di ruah dengan mengonsumsi cairan.
Namun pada situasi yang berat, anak bisa sampai pingsan hingga tidak sadarkan diri.
Bila situasi ini terjadi, harus ditangani rumah sakit.
"Jika anak itu juga ada gejala lain seperti muntah, diare, dehidrasi bisa bertambah berat," tegasnya.