Ia pun menyebut bahwa saat pandemi, jumlah pasien yang melakukan rawat jalan di fasilitas layanan kesehatan (fasyankes) satu ini bisa menembus angka 1.400.
Bahkan pelayanan untuk rawat jalan pun dilakukan sampai malam hari.
"Setelah Covid-19, rata-rata rawat jalannya 1.400. Rumah sakit rawat jalannya di kita shift pagi dan sore, tapi ini sampai malam," jelas Drg. Mira.
Membludaknya pasien rawat jalan ini, kata dia, tentu saja dapat mendorong antrean menjadi lebih panjang dan pasien yang menderita penyakit kronis pun akan lama mendapatkan penanganan medis.
"Tadi cath lab sehari 20, kan kasihan (kalau) sampai antre. Kalau radioterapi itu (pasien) antrenya lama, kasihan ya kankernya udah ke mana-mana," kata Drg. Mira.
Layanan kesehatan di Merial Tower bisa digunakan untuk pasien BPJS Kesehatan
Drg. Mira menjelaskan bahwa sebenarnya, idealnya Bed Occupancy Rate (BOR) rumah sakit itu maksimal 75 persen setiap hari.
Namun di rumah sakit ini, telah melebihi batas standar karena banyaknya pasien raeat jalan yang dirujuk dari berbagai daerah.
Sebelum ada Merial Tower, ada pula pasien yang terpaksa dirujuk ke Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP) dan Rumah Sakit Pertamina Jaya (RSPJ), karena tidak tertampung di RS PELNI.
"Tapi RS PELNI ini (BOR-nya) sudah sampai 100 persen, kadang pasien tidam tertampung, sehingga kami harus rujuk ke RSPP ke RSPJ," papar Drg. Mira.
Namun dengan adanya tower ini, maka pasien rawat jalan tidak perlu dirujuk ke rumah sakit lain, lantaran adanta penambahan kapasitas BOR.
"Kasihan pasien harus ke sana kemari. jadi kita menambah kapasitas," tutur Drg. Mira.
Merial Tower ini memberikan tambahan 268 tempar tidur, 165 di antaranya diperuntukkan bagi pasien yang menggunakan layanan BPJS Kesehatan.
"Saat ini kita ada 405 bed akhirnya dari R Pelni," pungkas Drg. Mira.