TRIBUNNEWS.COM, LABUAN BAJO - Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Komodo, Nusa Tenggara Timur (NTT) saat ini berhasil melakukan tindakan Angiografi Koroner pada pasien jantung koroner.
Pada Rabu lalu, fasilitas Cath Lab yang ada di rumah sakit tersebut telah digunakan secara baik dan pasien mengaku tidak merasakan rasa sakit.
Lalu apa itu Angiografi Koroner?
Dikutip dari laman resmi Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Jumat (12/5/2023), Angiografi Koroner adalah suatu prosedur pemeriksaan invasif yang dilakukan untuk dapat melihat penyempitan atau penyumbatan struktur pembuluh darah koroner pada pasien yang diduga memiliki penyakit jantung koroner.
Operasi perdana ini bertujuan untuk mendiagnostik penyakit pada pasien.
Tindakan yang dilakukan oleh dokter dan tim cath lab dari Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Ngoerah Bali ini dimulai pada pukul 09.00 hingga 09.25 WITA dan berlangsung lancar, kondisi pasien pun stabil tanpa ada keluhan.
Perlu diketahui, pasien merupakan seorang pria berinisial SO dan berusia 54 tahun dengan faktor risiko diabetes melitus dan hipertensi.
Selama ini ia kerap mengeluhkan rasa sakit pada bagian dada setelah melakukan aktivitas berat.
Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah Konsultan yang melakukan operasi tersebut, Dr. I Ketut Susila Surya Darma, Sp.JP(K)., menjelaskan bahwa prosedur yang dilakukan berupa kateterisasi diagnostik.
Prosedurnya, kata dia, kateter dimasukkan melalui pembuluh darah arteri radialis tangan kanan.
Kemudian setelah kateter itu masuk, selanjutnya diinjeksikan zat kontras melalui kateter tersebut.
Zat kontras merupakan cairan yang dimasukkan ke dalam tubuh yang bertujuan untuk memperjelas hasil pemeriksaan penunjang.
"Kontras itu kita lihat lewat sinar X untuk melihat letak sumbatan pembuluh darah koronernya. Telah diketahui, pasien ini sumbatannya tidak terlalu signifikan, jadi kita hanya mengoptimalkan obat-obatan untuk mencegah terjadinya perburukan atau gagal jantung," kata dr. Susila, setelah melakukan tindakan di RSUD Komodo, NTT, Rabu (10/5/2023).
Istilah sumbatan yang tidak signifikan itu, kata dia, menunjukkan bahwa aliran supply oksigen masih cukup optimal, sehingga tidak ada masalah.
Baca juga: Presiden Jokowi Tinjau RSUD Komodo yang Biaya Pembangunannya Mencapai Rp 220 Miliar
Namun jika ada sumbatan maupun indikasi lain yang lebih buruk, maka tindakan akan dilanjutkan ke pemasangan ring.
Dr. Susila pun menekankan bahwa cath lab yang digunakan pada tindakan tersebut merupakan alat perdana yang dipasang Flores.
"Alatnya ini (cath lab) adalah alat perdana yang dipasang di Pulau Flores, yakni di RSUD Komodo. Alat ini untuk kateterisasi atau memasukkan kateter untuk melihat pembuluh darah, bisa dipakai di antaranya untuk penyakit jantung koroner dan stroke," jelas dr. Susila.
Sementara itu, pasien yang baru saja menjalani kateterisasi mengaku tidak merasakan sakit.
"Tidak merasakan sakit, tiba-tiba tindakan selesai. Saat ini, saya tidak merasakan keluhan apapun," tegas pasien tersebut.
Sekretaris Dirjen Pelayanan Kesehatan dr. Sunarto, M.Kes., mengatakan rumah sakit ini telah berhasil mengoperasikan cath lab, meskipun masih dibantu dokter dari rumah sakit lain.
''Cath lab ini adalah salah satu alat canggih untuk diagnostik dan tata laksana kasus gangguan jantung. Sekarang ini masih dibantu oleh tim jantung dari rumah sakit Ngoerah Bali,'' kata dr. Sunarto.
Ia berharap Pemerintah Daerah (Pemda) Labuan Bajo dalam waktu dekat bisa memiliki dokter spesialis jantung yang menetap di rumah sakit itu.
Begitu pula dengan dokter saraf atau dokter neurointervensi, sehingga layanan jantung dan stroke di RSUD Komodo bisa berjalan secara baik.
''Kementerian Kesehatan tetap membantu pemenuhan dokter spesialis di RSUD Komodo melalui Dirjen Pelayanan Kesehatan dengan kegiatan-kegiatan pengampuan. RSUD Komodo ini secara regional diampu oleh Rumah Sakit Ngoerah,'' pungkas dr. Sunarto.