Laporan Wartawan Tribunnews.com, Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Layanan kesehatan rumah sakit di Indonesia menjadi yang pertama menggunakan teknologi Naeotom Alpha di Asia Tenggara.
RS yang pertama kali menggunakan teknologi ini adalah RS Abdi Waluyo di Jakarta. Naeotom Alpha merupakan teknologi photon-counting CT yang diklaim sebagai yang pertama di dunia.
Terpasangnya teknologi CT Scan ini memungkinkan rumah sakit tersebut untuk mengoptimasi jalur diagnostik dan pengobatan untuk pasien di Indonesia.
Baca juga: Perluas Pasar, Viva Medika Garap Layanan Kesehatan In-house Clinic
Teknologi Naeotom Alpha sendiri dikembangkan oleh Siemens Healthineers, sebagai sistem pencitraan medis revolusioner dengan dukungan gambar beresolusi tinggi dan dosis radiasi yang minimum untuk menghasilkan informasi spektral di setiap pindaian sekaligus meningkatkan kontras dengan tingkat noise yang rendah.
Direktur RS Abdi Waluyo Prasetyo Andriono menjelaskan, pemasangan Naeotom Alpha merupakan pencapaian penting dalam pencitraan medis secara global, dan juga di Indonesia. Implikasi dari inovasi Siemens Healthineers ini akan menjangkau pasien dan dokter secara luas; dan dapat membawa perubahan besar pada kinerja pencitraan CT scan.
"Hal ini meningkatkan nilai klinis guna tercapainya diagnosa yang cepat dan andal dengan cara meningkatkan kualitas gambar, di mana hal ini dapat meningkatkan akurasi dan kepastian bagi dokter dan pasien," ujarnya dalam keterangan tertulis yang dikutip Sabtu, 27 Mei 2023.
Baca juga: RUU Kesehatan Harus Mampu Menjadi Landasan Sistem Layanan Kesehatan yang Lebih Baik
Dia mengatakan, teknologi revolusioner ini akan mampu membentuk masa depan layanan kesehatan di Indonesia.
"Teknologi mutakhir ini akan membantu kami dalam memberikan perawatan tertinggi pada pasien kami, memampukan kami mendeteksi dan mendiagnosa penyakit lebih dini dan dengan akurasi yang jauh lebih tinggi," jelasnya.
Naeotom Alpha merupakan sebuah lompatan besar yang mendefinisikan ulang seberapa tinggi resolusi yang dapat digunakan dalam pencitraan CT scan. Ini merupakan perubahan besar dalam perbandingan dosis dan kualitas gambar.
Teknologi ini menawarkan tingkat detail yang tidak pernah ada sebelumnya, namun dengan dosis tetap seminimal mungkin. Naeotom Alpha menggunakan kristal telluride kadmium dalam detektor CT-nya yang mengubah foton sinar-X secara langsung menjadi sinyal listrik, tanpa terlebih dahulu mengubahnya menjadi cahaya seperti yang dilakukan pada pencitraan CT konvensional.
Hal ini akan mengatasi hilangnya informasi dari detektor pengintegrasian energi standar yang digunakan dalam sistem CT konvensional, dan menghasilkan gambar yang lebih tajam, jelas, dan detail tanpa memerlukan dosis radiasi yang lebih tinggi.
“Sebagai spesialisradiologi, saya selalu mengupayakan diagnosis yang akurat dan presisi. Kemampuan photon counting CT untuk mendeteksi perubahan pada kepadatan dan komposisi jaringan yang halus dapat membantu kami tidak hanya dalam menemukan penyakit tetapi juga mencirikan penyakitnya," ungkap dr. Sahat Matondang, Sp.Rad(K), Dokter Spesialis Radiologi di RS Abdi Waluyo.
Dia menjelaskan, dengan mendeteksi dan mengukur energi masing-masing foton, photon-counting CT memberikan hasil dengan sensitivitas dan spesifisitas yang tidak tertandingi CT scan pada umumnya
Alfred Fahringer, Country Head of Siemens Healthineers Indonesia menambahkan, dengan kualitas gambar bagus, dosis radiasi yang rendah serta fitur yang canggih, Naeotom Alpha sanggup merevolusi pencitraan CT dan meningkatkan hasil pemeriksaan ke pasien.