Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Penyakit hipertensi masih menjadi salah satu penyebab terbesar kematian di Indonesia.
Ketua Tim Kerja penyakit jantung dan pembuluh darah Kemenkes Fatcha Nuraliyah menyebutkan prevalensi hipertensi di Indonesia cukup besar.
"Jadi begitu besarnya prevalensi hipertensi di negara kita, yaitu 34,1 persen berdasarkan survei nasional di 2018," ungkapnya pada webinar virtual, Selasa (5/6/2023).
Lebih lanjut, Fatcha memaparkan tren hipertensi di Indonesia.
Berdasarkan hasil survei nasional, ada sekitar 51 persen penderita hipertensi tidak memiliki pendidikan.
Baca juga: Satu dari Tiga Orang Indonesia Idap Hipertensi, Menkes Imbau Lakukan Deteksi Dini
Sedangkan dari kelompok umur, hipertensi biasanya paling banyak terjadi pada orang berusia di atas 75 tahun.
"Tapi kalau kita lihat tren nya mulai 35 tahun itu ada sekitar 30 persen penduduk Indonesia berisiko terkena hipertensi," paparnya lagi.
Di sisi lain, berdasarkan Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan dari 8,8 persen penderita hipertensi yang terdiagnosis ,hanya 50 persen yang minum obat secara teratur.
Jadi, penderita hipertensi yang terdiagnosis, mengatakan masih merasa sehat walau tekanan darah tinggi.
Selain itu hampir 60 persen atau 59, 8 persen mengaku merasa sehat-sehat saja.
Baca juga: Ibunda Tyas Mirasih Alami Komplikasi Sebelum Berpulang, Diabetes Hipertensi hingga Ginjal
Kemudian sekitar 31,1 persen tidak rutin ke fasilitas kesehatan untuk mengecek tekanan darah.
Sebanyak, 14 persen mengonsumsi obat tradisonal, 11 persen lupa minum obat dan ada 8 persen yang tidak mampu membeli obat.
Fatcha pun memaparkan ada faktor risiko yang jadi penyebab seseorang mengalami hipertensi yaitu pola makan yang tidak sehat, biasanya pola makan dengan kandungan gula, garam, lemak melebihi batas normal setiap harinya," urai Fatcha.
Selain itu, faktor lain adalah aktivitas fisik yang sangar kurang.
Ia pun menganjurkan pada masyarakat untuk setiap hari melakukan aktivitas fisik.
Minimal 15-20 menit per hari untuk mencegah munculnya penyakit tidak menular.