Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Saat ini ada 66 jemaah haji Indonesia yang meninggal saat hendak dan sedang menjalankan ibadah Haji dalam musim Haji 1444 Hijriah/2023 Masehi.
Angka ini merupakan jumlah terbanyak jika dilihat dari data grafik yang dimiliki Kementerian Kesehatan (Kemenkes) terkait jumlah wafat jemaah Haji.
Baca juga: 6.202 Jemaah Haji Khusus Mulai Berangkat ke Makkah, 620 Jemaah lagi Masih di Madinah
Jika dibandingkan dengan angka kematian sejak penyelenggaraan ibadah Haji pada 2017 hingga 2023, tahun ini grafiknya meningkat dan mencapai angka terbanyak yakni 66 jemaah mengalami wafat.
Untuk tahun 2017 jumlah jemaah yang wafat mencapai angka 52 orang, kemudian pada 2018 angkanya turun menjadi 40.
Selanjutnya pada 2019 turun satu angka menjadi 39, lalu pada 2022 sempat menurun cukup signifikan yakni 14 orang karena pada saat itu pemerintah Saudi masih membatasi ibadah ini lantaran pandemi virus corona (Covid-19).
Sementara angka jemaah yang wafat pada 2023 mencapai 66 orang, karena pelaksanaan ibadah Haji mulai kembali normal ke arah pra-pandemi.
Baca juga: Jemaah Haji Solo Wafat Jelang Mendarat di Jeddah, Salat Jenazah Dilakukan di Kabin Pesawat
Pada tahun ini pun, 30 persen dari total jemaah merupakan kelompok lanjut usia (lansia), ini yang akhirnya digunakan sebagai tema penyelenggaraan ibadah Haji 2023 yakni 'Haji Ramah Lansia'.
Berdasar dari data yang dimiliki Kemenkes, dari 66 jemaah Haji yang wafat, yang terbanyak yakni 20 di antaranya disebabkan Infark Miokard Akut atau Acute Myocardial Infarction, kemudian 16 jemaah wafat karena Syok Kardiogenik atau Cardiogenic Shock dan 5 karena menderita Stroke.
Apa saja penyakit itu? Bagaimana gejalanya? Yuk mengenalinya..
Infark Miokard Akut?
Infark miokard akut yang dikenal pula sebagai serangan jantung merupakan kondisi yang mengancam jiwa yang terjadi saat aliran darah ke otot jantung terputus secara tiba-tiba, menyebabkan kerusakan jaringan.
Kondisi ini biasanya terjadi akibat penyumbatan pada satu atau lebih arteri koroner.
Penyumbatan dapat berkembang karena penumpukan plak, zat yang sebagian besar terbuat dari lemak, kolesterol dan produk limbah seluler atau karena gumpalan darah tiba-tiba yang terbentuk pada penyumbatan.