"Problem utama nomor satu adalah iritasi, ini akan cepat muncul dalam jangka pendek. Baik gas dan partikel sifatnya iritasi akan menyebabkan iritasi pada mukosa atau epitel," ungkapnya pada media briefing virtual, Kamis (10/8/2023).
Awalnya, mata bisa menjadi merah dan berair usai polusi terhirup dan masuk ke hidung
Hidung pun menjadi berair, gatal dan tersumbat.
Polusi kemudian masuk saluran nafas dan akan menyebabkan gatal dan batuk seperti yang dialami Presiden Jokowi.
Jika polusi terus masuk ke bawah, dapat menyebabkan sesak nafas keluhan batuk disertai infeksi.
"Sehingga jadilah infeksi saluran napas atas (ISPA). Ini jangka pendek segera muncul," papar dr Agus.
Kedua, jika dia terhirup polusi, ini bisa menyebabkan kekurangan oksigen (aksifisia).
Karena kandungan CO2 yang berada di dalam polusi dapat mengikat oksigen 300 kali lebih kuat.
"Sehingga menjadi sesak nafas, pusing mual, itu bisa terjadi. Itu paling sering muncul segera. Berdiri di pinggir jalan, di daerah polutan gak usah pakai masker. Keluhan ini akan muncul dalam waktu singkat,"paparnya.
Kualitas Udara Jelek, 100 Ribu Warga DKI Kena ISPA Setiap Bulan
Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta mengungkap, dari 11 juta penduduk DKI Jakarta, ada sekitar 100.000 warga yang terkena infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) setiap bulannya.
Kepala Seksi Surveilans, Epidemiologi, dan Imunisasi Dinas Kesehatan DKI Jakarta Ngabila Salama mengatakan, hal itu terjadi akibat peralihan cuaca.
Seperti diketahui, saat ini sedang masuk musim kemarau dari sebelumnya musim hujan.
"Warga yang terkena batuk, pilek, bahkan pneumonia setiap bulan rata-rata 100.000 kasus dari 11 juta penduduk," kata Ngabila seperti dikutip dari Antara, Jumat (11/8/2023).