Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pitriyah (40) duduk di ruang tengah bersama Muhammad Kenzi Alfaro (22 bulan) menemani putra keempatnya bermain di kediamannya di Desa Pusaka Jaya, Kabupaten Bekasi. Balita gemoy yang kerap disapa Kenzi belum mampu merangkak maupun berjalan seperti balita seusianya.
Menurut Pitriyah, jangankan berlari, Kenzi maksimal hanya bisa berdiri beberapa detik dengan bantuan lemari atau dinding di rumah. Kenzi didiagnosis mengalami obesitas alias kegemukan.
"Harapannya Kenzi bisa lari-lari dengan temannya di luar rumah. Saya sedih saja kalau Kenzi di rumah terus, dia suka menangis jika bertemu orang asing," kata Pitriyah saat ditemui Tribunnews.com di kediamannya, Selasa (15/8/2023).
Sebelumnya, Kenzi sempat ditangani dokter di RS Hermina Bekasi namun kemudian dirujuk ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta.
Saat dirujuk ke RSCM Kenzi baru berusia 16 bulan dengan berat badan 27 kg. Kini setelah usianya di atas 6 bulan dan menjalani penanganan oleh dokter, berat badan Kenzi turun 2 kg menjadi 25 kg.
Adalah Badan Penyelengaraan Jaminan Sosial (BPJS Kesehatan) yang membantu Kenzi mendapatkan penanganan tim dokter dari multidisiplin keilmuan di RSCM.
Di antaranya dokter anak, respirologi, endokrin-metabolik, gastro-enterologi, penyakit dalam, gizi klinik, dan tim tenaga kesehatan lainnya. "Kontrol setiap minggu ke dokter anak, ke ahli gizi. Dalam sekali pemeriksaan, Kenzi datang ke 5 dokter, sekaligus," tutur Pitriyah.
Dia mengatakan, selama menjalani perawatan di RSCM, layanan BPJS Kesehatan yang diterima Kenzi sudah cukup baik.
Pitriyah berujar, dia tak menemui kesulitan saat mendaftarkan Kenzie ke dalam Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS). "Suami sedang tidak berkerja. Namun karena dalam keadaan darurat, Kenzi bisa menjadi peserta BPJS kesehatan," ungkap Pitriyah.
Saat ini Kenzi masih menjalankan pola diet seperti disarankan dokter RSCM. Pitriah dilarang memberikan susu kental manis ke Kenzi serta harus mengatur asupan untuk Kenzi.
"Jajanan seperti ciki tidak diberikan. Makanan tetap nasi diberi lauk dengan porsi yang normal saja," ungkapnya.
Kini pelayanan Kenzi sudah dialihkan dari RSCM ke Rumah Sakit Hermina di Bekasi agar layanan faskes lebih mudah dijangkau. Selama menjalani penanganan di RS tersebut, Pitriyah juga mengaku tak menemui hambatan di administrasinya.
Baca juga: Stunting, Obesitas dan Diabetes Jadi Masalah Kesehatan di Jawa Barat Akibat Minimnya Pengetahuan
Sebagai peserta JKN-KIS, Kenzi dilayani seperti pasien umum. Setiap kali kontrol, Kenzi mendapatkan prioritas. "Sudah dijadwalkan dengan baik saat pemeriksaan dengan dokter. Saya berterima kasih kepada BPJS yang sudah memperhatikan Kenzi," kata Pitriyah.
"Tidak ada biaya yang kami keluarkan saat Kenzi mendapat penanganan di RS Hermina Bekasi dan RSCM Jakarta. Semua ditanggung BPJS. Sangat terbantu sekali karena bapaknya kerja serabutan, kadang kerja, kadang tidak. Sementara saya ibu rumah tangga biasa. Ini ada warung kecil juga dibantu orang," tuturnya.
Pemeriksaan Darah hingga Tulang
Pitriyah menceritakan, sudah banyak pemeriksaan yang dilakukan RS kepada Kenzi mulai dari jantung, darah, hingga tulang.
Hasilnya semua memuaskan, tidak ada yang patut dikhawatirkan, termasuk juga soal pernafasan Kenzi dikala tidur. "Nafas saat tidur juga tidak grok grok, biasa saja. Tulangnya juga kuat dan bertumbuh," kata dia.
Baca juga: Anak Obesitas Berisiko Alami Mikropenis
Namun secara pasti apa yang menyebabkan Kenzi tumbuh dengan berat bedan sebesar itu, ia mengaku belum diketahuinya. "Sebabnya belum diketahui, sempat cek darah juga tapi hasilnya belum ada dan penanganan pindah ke Bekasi," ujarnya.
Ia berharap, Kenzi bisa tumbuh dan berkembang layaknya anak-anak lainnya yang gemar berlarian. "Semoga anak saya ini selalu sehat, bisa lari-lari sama temannya di luar. Karena sehari-hari akvitasnya di dalam rumah dan duduk bermain," ungkap Pitriyah.
Obesitas Ekstrem Masuk Program JKN
Obesitas kini menjadi masalah kesehatan yang mengkhawatirkan. BPJS Kesehatan memastikan kasus obesitas ekstrem masuk dalam program JKN.
Artinya, pasien yang menjadi peserta BPJS Kesehatan akan mendapatkan manfaatnya. Hal ini diamini oleh Asisten Deputi Komunikasi Publik dan Hubungan Masyarakat BPJS Kesehatan Agustian Fardianto.
Pria yang disapa Ardi ini membeberkan, pihaknya memberikan pelayanan kesehatan bagi peserta BPJS Kesehatan berdasar pada indikasi medis.
Ketika kondisi obesitas yang dimaksud menimbulkan gangguan fungsi tubuh dengan indikasi medis yang memerlukan pelayanan kesehatan maka dapat dijamin sesuai ketentuan dan prosedur yang berlaku.
"Termasuk ketika ingin konsultasi ke dokter gizi. Saat dokter menyatakan masuk kategori obesitas I maka dijamin (BPJS)," kata dia saat dihubungi Tribunnews.com.
Sedangkan, penurunan berat badan dengan alasan estetik atau tanpa ada indikasi medis tertentu maka manfaat JKN tidak dapat diperoleh. "Pelayanan kesehatan untuk tujuan estetik termasuk salah satu yang tidak dijamin program JKN," urai dia.
BPJS Kesehatan diketahui juga memudahkan peserta dalam melakukan skrining riwayat kesehatan melalui berbagai kanal.
Dikutip dari laman BPJS, skrining ini hanya dilakukan minimal sekali setiap tahun dan dapat diikuti oleh seluruh peserta JKN khususnya yang berusia >15 tahun. Setiap tahun, peserta dapat melakukan skrining ulang sehingga kondisi kesehatan peserta dapat terus dipantau.
Tindak lanjut dari hasil skrining kesehatan oleh FKTP sangat penting dilakukan untuk mencegah keberlanjutan dari penyakit yang terdeteksi termasuk obesitas dan menjamin kualitas hidup peserta JKN.
Tips Mencegah Obesitas pada Anak
Plt Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak dr. Lovely Daisy, MKM mengatakan obesitas sangat berisiko pada anak.
Karena itu diperlukan pemantauan pertumbuhan pada anak setiap bulan. Hal ini penting, jika ditemukan gangguan pertumbuhan baik kekurangan maupun kelebihan gizi maka intervensi bisa cepat dilakukan.
Dia membagikan tips pencegahan obesitas pada anak. Pertama, dengan mengatur pola makan, seperti harus terjadwal, makan makanan pokok 3 kali sehari, dan makan makanan selingan dua kali sehari.
''Rutin melakukan aktivitas fisik dan orang tua harus menyediakan makanan yang bergizi seimbang dan membantu anak belajar lebih selektif dan sehat terhadap makanan yang dikonsumsi,'' katanya pada konferensi pers di gedung Kemenkes, Jakarta, Selasa (11/7) lalu.
Gula Berlebih Picu Obesitas
Dokter spesialis gizi klinik di RSIA Melinda Bandung, Johanes Casay Chandrawinata menuturkan, sama seperti orang dewasa jika anak kelebihan konsumsi gula maka yang timbul adalah masalah kesehatan atau penyakit, seperti obesitas bahkan diabetes melitus.
"Perlu dibatasi konsumsinya. Secara spesifik anak tidak memiliki batasam aman konsumsi gula dalam sehari. Tapi orangtua harus mencukupkan kebutuhan hariannya," terang dokter Johanes kepada Tribunnews.com
Ia memaparkan, gula tetap dibutuhkan tubuh sebagai sumber energi sepanjang hari tentu dengan jumlah yang terbatas atau tidak berlebihan. Gula bisa didapatkan dari sejumlah makanan, mulai dari nasi atau jenis karbohidrat lain hingga buah-buahan.
Artinya dalam keseharian, anak-anak cukup diberi makan 3 kali sehari dengan karbohidrat seperti nasi dan sumber lain, lalu lemak dan protein, serta sayur dan buah.
"Jangan dari awal mpasi anak sudah diberi makanan atau minuman yang manis-manis. Dikhawatirkan ada penyakit nantinya. Beri kecukupan gula dengan makan 3 kali sehari dengan gizi seimbang dan lengkap. Nggak perlu jajanan yang manis, nanti malah obesitas atau kena diabetes," jelas dia.