TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah RS Pondok Indah – Bintaro Jaya dr. Teuku Istia Muda Perdan, Sp. J. P, FIHA ingatkan paparan polusi udara bisa berisiko alami penyakit kardiovaskular.
"Polusi udara bertanggung jawab atas 25 persen kematian akibat kardiovaskular," ungkap dr Istia pada keterangannya, Jumat (8/9/2023).
Sehingga, kata dr Istia, orang yang tinggal atau beraktivitas di perkotaan berisiko lebih besar mengalami gangguan kardiovaskular.
Emisi karbon menyebabkan terjadinya percampuran udara dengan partikel amonia, karbon monoksida, nitrogen dioksida, dan sulfur dioksida.
Sehingga menjadi udara yang tidak layak untuk dihirup karena berbahaya terhadap kesehatan.
"Polutan mikroskopis di udara dengan ukuran PM2.5 meningkatkan risiko terjadinya gagal jantung," tambah dr Istia.
Karena ketika terhirup, ukurannya yang sangat kecil mampu menembus pembuluh darah.
Sehingga menyebabkan sumbatan pada pembuluh darah.
Selain itu, pada kondisi aterosklerosis atau penumpukan lemak di dinding dalam pembuluh darah arteri, polutan dalam tubuh dapat memicu terbentuknya zat radikal bebas.
Akibatnya, terjadi proses pembentukan plak pada dinding pembuluh darah.
"Jika plak tersebut pecah, maka dapat menyebabkan serangan jantung, stroke, dan kematian," tegasnya.
Baca juga: Selalu Waspada, Bun! Ketahui 4 Dampak Polusi Udara terhadap Anak
Sebagai informasi, penyakit kardiovaskular masih menjadi ancaman dunia (global threat) .
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat lebih dari 17 juta orang di dunia meninggal akibat penyakit jantung dan pembuluh darah.
Di Indonesia sendiri, Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan setidaknya 15 dari 1.000 orang mengidap penyakit kardiovaskular.
Atau ada sekitar 2.784.064 orang di Indonesia menderita penyakit jantung.