Ini guna menguji kekuatan, ketahanan, cara melompat, mendarat yang dipersiapkan sedemikian rupa guna bisa seimbang menghadapi lapangan yang dimainkan.
Dokter Evan menjelaskan, pihaknya mengobati pasien mulai dari asesmen, fisioterapi hingga tindakan operasi dan langkah terakhir bisa kembali berlatih berolahraga. Jadi pihak rumah sakit menjamin pengobatan dan pemulihan dengan alat-alat memadai.
"Sebelumnya saya juga sempat pegang para atlet Indonesian Basketball League (IBL) dan mereka banyak yang berobat ke Filipina saat cedera. Makanya saya belajar ke Filipina dan SDM kita perlu diperbaiki dengan peralatan yang lengkap dan canggih," terangnya.
Jadi yang ditawarkan dalam medical tourism ini adalah kalau cedera olahraga bisa diobati di dalam negeri sendiri dan tidak perlu jauh-jauh ke luar negeri, karena hampir sama apa yang dilakukan di luar dengan di Indonesia.
Dia juga memberikan cara memilih olahraga yang tepat adalah sesuai dengan kondisi tubuh. Misalnya saja pemanasan yang masih kurang atau tidak melakukan pemanasan, penggunaan alat olahraga yang tidak sesuai, gerakan berulang yang terlalu banyak, terlalu cepat, dan dalam waktu yang lama, otot yang lemah.
Selain itu juga lingkungan yang tidak tepat atau kurang baik dalam melakukan olahraga, Pengobatan yang tidak tuntas setelah cedera. Pelaksanaan fisioterapi pascacedera yang tidak sesuai.
“Kita perlu mewaspadai ciri-ciri awal cedera yang berpotensi diabaikan oleh seseorang seperti timbul nyeri, rasa tidak nyaman, atau mengalami bengkak yang hilang timbul.
Ciri-ciri awal tersebut jika diabaikan dapat berdampak buruk pada proses penyembuhannya,” ujar dr Evan.
Ia juga berpesan kepada masyarakat agar jangan pernah takut untuk berolahraga. Menurutnya, cedera saat berolahraga apabila ditangani dan diobati dengan baik maka pasien akan cepat pulih kembali dan dapat semakin percaya diri dalam mengejar prestasi.