Salah satu cara pencegahan yang bisa dilakukan adalah dengan tidak membiarkan benjolan tersebut pecah.
"Jadi kadang-kadang tidak tahu timbul aneurisma. Kalau sudah timbul dijaga, jangan sampai pecah," tegasnya.
Hanya saja, sebagian besar pasien yang datang kerap datang saat pembuluh darah sudah pecah.
Hal ini dikarenakan pasien tidak menyadari jika dirinya mengalami benjolan di dalam otak.
"Sebanyak 90 persen pasien aneurisma otak yang datang ke Indonesia untuk penanganan medis rata-rata sudah pecah," kata dr. Mardjono lagi.
Kelompok berisiko
Lebih lanjut, dr dr. Mardjono pun ungkap siapa saja kelompok yang berisiko.
Diantaranya perokok, punya riwayat tekanan darah tinggi dan ada riwayat keluarga.
Selain itu orang yang berusia di atas 40 tahun juga berisiko alami aneurisma.
"Perempuan juga lebih banyak terkena. mereka yang mengonsumsi kokain dan alkohol yang berlebihan," pungkasnya.