TRIBUNNEWS.COM, KESEHATAN - Menjaga kebersihan gigi dan mulut secara konsisten dengan cara sikat gigi, menggunakan dental floos, hingga obat kumur memang sangat dianjurkan.
Namun, jika sikat gigi tersebut dilakukan secara berlebihan, ternyata tidak baik untuk kesehatan gigi itu sendiri.
Tasios menyebutkan jika sikat gigi terlalu sering dapat mengikis enamel gigi.
"Menyikat gigi terlalu sering dapat mengikis enamel dan menyebabkan surutnya gusi," kata Jessica Tasios, DDS, Dokter Gigi di Ora Dental di Toronto yang dilansir dari Verywell Health.
Baca juga: 4 Tips Memutihkan Gigi dengan Bahan Alami, Dapat Anda Terapkan di Rumah dengan Mudah
Hal ini disebut juga dengan abrasi sikat gigi, yang bisa terjadi jika Anda menyikat gigi terlalu sering atau terlalu keras.
"Tidak ada batas waktu maksimal untuk menyikat gigi, namun umumnya menyikat gigi lebih dari tiga kali sehari tidak diperlukan dan terbukti berbahaya," ungkap Tasios.
"Menyikat gigi terlalu keras atau terlalu sering dapat menyebabkan gigi menjadi lebih sensitif dan juga dapat merusak gusi karena menyebabkan gigi menyusut dan area akar terbuka," lanjutnya.
Baca juga: 6 Tips Bersihkan Retainer dengan Mudah, Gunakan Pasta Gigi hingga Cuka
Seberapa Sering Harus Sikat Gigi?
Menurut Sean Kutlay, DDS, Dokter Gigi yang berbasis di California, Anda harus selalu menyikat gigi minimal dua kali sehari, pagi dan malam.
Namun, ia dan rekan-rekannya menyikat gigi tiga kali sehari (sekali setelah makan), yang merupakan jumlah waktu yang optimal.
Tasios mengatakan, para dokter gigi menyadari bahwa hal ini tidak realistis bagi banyak orang yang tidak berada di rumah pada jam makan siang, sehingga sikat gigi dua kali sehari adalah jumlah minimum yang mutlak.
Sedangkan sikat gigi kurang dari dua kali sehari dapat menyebabkan penumpukan bakteri, gigi berlubang, dan penyakit gusi.
Sebuah penelitian baru-baru ini menemukan bahwa, melewatkan sikat gigi setiap malam dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, sementara penelitian lain menunjukkan bahwa hal itu dapat menyebabkan demensia, radang sendi, dan kanker pankreas.