Namun hal itu dinilai sebagai bentuk perilaku pasif-agresif untuk mengontrol seseorang.
Mulai dari kebingungan atau ketakutan, merasa marah, ditolak dan dikucilkan, merasa tidak dihormati, dicintai dan dihargai, merasakan putus asa, rendah diri, hingga frustasi merupakan dampak nyata dari orang yang kerap mendapatkan perlakuan silent treatment.
Apabila perlakuan tersebut terus didapatkan secara berulang akan menjadi masalah besar bagi kesehatan.
Bahkan orang yang kerap mendapatkan perlakuan silent treatment berpotensi untuk mengidap fibromialgia, gangguan makan, sindrom kelelahan kronis, kecemasan, hingga depresi.
Cara Menghentikan Perilaku Silent Treatment
Dikutip dari USA TODAY, para ahli berpendapat perlunya upaya untuk menentukan cara yang lebih sehat dan efektif untuk mengatur emosi agar tak lagi berperilaku silent treatment.
Terlebih perilaku tersebut jika diterapkan pada anak, orang tua harus menyadari bahwa ada dampak buruk emosional jangka panjang.
Bahkan mungkin orang tua memerlukan bantuan ahli kesehatan mental atau psikiater untuk menghentikan siklus tersebut.
Jika terdekat Anda terus melakukan perlakuan silent treatment, Anda bisa mengatakan kepadanya bahwa perilaku tersebut tidak dapat diterima.
Maka penting untuk mengevaluasi apakah hubungan tersebut layak dipertahankan.
(Tribunnews.com/Gabriella)