Laporan Wartawan Tribunnews, Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bahaya penggunaan gadget berlebihan terutama oleh anak-anak terus digaungkan. Banyak risiko kesehatan dan gangguan psikis yang muncul akibat penggunaan gadget yang ugal-ugalan.
Inisiator Gerakan Gadget Sehat Indonesia (GGSI), Prof.Dr.dr Ridha Dharmajaya Sp BS (K) yang juga dokter bedah syaraf mengingatkan, salah satu dampak negatifnya adalah keterlambatan bicara atau speech delay pada anak.
"Kita banyak menemukan kasus spech dellay yang dialami anak akibat kecanduan gadget. Karena tanpa diketahui, bahwa gadget hanya merangsang pendengaran dan penglihatan tapi tidak merangsang bicara," ujarnya di acara sosialisasi
gadget sehat di Kantor BPJS Wilayah IX, yang melingkupi Sulawesi dan Maluku, pada Kamis (9/11/2023).
Prod Ridha mengatakan, dirinya punya pengalaman memiliki pasien yang lambat bicara di usia sembilan tahun akibat kecanduan gadget.
Baca juga: Indonesia Dapat Bonus Demografi, Remaja Diingatkan Cegah Risiko Jadi Generasi Cacat karena Gadget
Perlu Ada Layanan Psikologis
Karena itu idealnya, saat ini rumah sakit hanya menyediakan psikiater tapi tidak menyediakan psikolog terutama di sejumlah Puskesmas dalam penanganan kecanduan gadget. "Sehingga sudah saatnya penanganan pasien BPJS dengan problem gangguan psikologis akibat gangguan gadget bisa dibantu oleh BPJS," harapnya.
Prof. Ridha Dharmajaya menyarankan kepada BPJS Makassar agar memberikan layanan psikologis akibat gangguan penggunaan gadget yang tidak tepat.
"Kita berharap BPJS di Makassar peduli akan problem gangguan psikologis akibat kecanduan gadget dengan membuka pelayanan di Puskesmas ataupun rumah sakit yang tercover BPJS," ucapnya.
"Jangan pernah tinggalkan problem keluarga dalam rumah tangga. Tetap awasi anak-anak kita agar tidak terpengaruh gadget terkhusus usia di bawah 13 tahun. Karena dengan memberikan gadget terhadap anak di bawah usia tersebut tak ubahnya meracuni anak kita sendiri," sarannya.
Dalam kesempatan tersebut, Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara ini turut menerangkan dampak penggunaan gadget yang tidak tepat baik dari sisi posisi maupun durasi pemakaian.
Menurutnya, posisi penggunaan gadget yang kurang tepat dan juga durasi yang berlebihan, akan mengakibatkan banyak generasi muda mengalami saraf kejepit pada bagian leher.
"Gejalanya ini sering kesemutan pada tangan dan kaki, kepala pusing, pundak berat, leher sakit, dan bangun tidur tidak segar. Dan ini biasanya sering dialami orang tua usia 60 tahun ke atas. Tapi sekarang kondisi ini sudah mulai dirasakan generasi muda dari tingkat SMA, SMP bahkan anak SD," bebernya.
Dia mengaku khawair akan fenomena yang mulai ditemuinya sejak pandemi Covid-19 2020 silam. Berangkat dari kekhawatiran itu jugalah alasan GGSI hadir di Indonesia dan diawali dari Medan sebagai kota tempat tinggalnya.