Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Data dari Global Burden of Cancer Study (Globocan) tahun 2020, terdapat 34,783 kasus baru kanker paru di Indonesia dan 30,843 penderita meninggal dunia.
Sehingga kanker paru menjadi penyebab kematian akibat kanker paling tinggi dibandingkan dengan jenis kanker lainnya.
Baca juga: Rokok Jadi Faktor Risiko Kanker Paru, Penderita Kerap Terlambat Berobat
Karena itu jangan remehkan gejala kanker paru-paru yang serupa dengan gangguan pernapasan pada umumnya.
Hal ini diungkapkan oleh Prof. dr. Elisna Syahrudin, PhD. SpP(K), Guru Besar Departemen Pulmonologi Kedoteran Respirasi FKUI dan Ketua Kanker Paru, Yayasan Kanker Indonesia menjelaskan.
“Gejala kanker paru mirip dengan penyakit gangguan pernapasan pada umumnya,"ungkap dr Elisna pada keterangannya, Jumat (24/11/2023).
Baca juga: Kanker Paru-paru Picu Angka Kematian Tertinggi, IASTO Usulkan Program Pencegahan dan Skrinning
Beberapa gejala seperti seperti batuk dengan atau tanpa dahak.
Lalu ada batuk darah, sesak napas, suara serak, sakit dada hingga sulit atau sakit menelan.
"Kemudian terdapat benjolan pada pangkal leher, dan sembab di muka serta leher menjadi gejala awal kanker paru," kata dr Elisna lagi.
Maka dari itu, ia mengimbau untuk langsung melakukan pemeriksaan jika mengalami gejala-gejala tersebut.
"Wajib untuk langsung melakukan pemeriksaan mendalam dan segera ke dokter atau rumah sakit terdekat. Hindari diagnosis sendiri, dengan mengacu pada informasi yang tersebar di internet," tegasnya.
Melalui acara ini, Merck & Co., Inc., Rahway, N.J., USA (MSD) dan Yayasan Kanker Indonesia menandatangani kerjasama untuk berkolaborasi dalam menyelenggarakan pameran seni bertemakan “Close the Cancer Gap”.
Acara ini dilakukan rangka Hari Kesadaran Kanker Dunia yang akan berlangsung pada 1–4 Februari 2024 di Indonesia Design District PIK 2.
Kedua belah pihak mengundang Masyarakat untuk turut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut.
MSD dan YKI bersama berharap akan ada banyak partisipasi dari berbagai lapisan masyarakat.
Khususnya pada pasien/penyintas kanker serta caregiver yang dituangkan dalam bentuk berbagai karya seni yang dapat mewakili perasaan dan perjalanan pengobatan kankernya.
Submisi karya seni akan dibuka pada awal tahun 2024.
Pameran tersebut terbuka untuk umum, dan diharapkan dapat dikunjungi oleh masyarakat luas untuk meningkatkan kesadaran terkait penyakit kanker di Indonesia.