Hasiolan EP/Tribunnews.com
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anak dengan penyakit kronik seperti Thalassemia mengalami banyak masalah psikososial, antara lain stigma dan kepatuhan terapi.
Hal itu diungkapkan Dr Allenidekania Msc dari Departemen Keperawatan Anak Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (FIK UI) dalam kegiatan pengabdian masyarakat di Unit Thalassemia Gedung Kiara RS Dr Cipto Mangunkusumo (RSCM) belum lama ini.
Diketahui, Thalassemia adalah penyakit kelainan darah dengan kondisi jumlah protein pembawa oksigen kurang dari jumlah normal.
Penyakit ini adalah kondisi bawaan yang ditandai oleh kurangnya protein pembawa oksigen (hemoglobin) dan jumlah sel darah merah dalam tubuh yang kurang dari normal.
Gejala termasuk kelelahan, kelemahan, pucat, dan pertumbuhan yang lambat.
Bentuk ringan mungkin tidak memerlukan pengobatan. Bentuk parah mungkin memerlukan transfusi darah atau transplantasi sel induk donor.
Selain berdampak pada tubuh, Thalassemia, kata Dr Allenidekania juga berdampak pada sisi psikologis anak.
Masalah ini tidak hanya dialami oleh anak, namun juga oleh orangtuanya.
"Merawat anak dengan Thalassemia membutuhkan kesabaran dan ketangguhan dari orangtua agar anak tetap semangat menjalani transfusi," kata dia.
Memilih Empat Teknik Relaksasi
Dalam kegiatan tersebut, kata Allenidekania, pihaknya memberikan sejumlah penyuluhan dan pelatihan, termasuk empat teknik relaksasi yang bisa dilakukan oleh anak dengan Thalassemia.
Empat tehnik relaksasi yang diajarkan dalam kegiatan itu adalah tehnik pelangi, tehnik meniup balon, tehnik kembang api dan tehnik meniup lilin.
"Seperti kelompok orangtua, anak-anak juga diajarkan tehnik relaksasi yang menyenangkan," kata dia menjelaskan sesi-sesi penyuluhan di kegiatan tersebut, dikutip Jumat (1/12/2023).
Adapun bagi orangtua, para penyuluh dari mahasiswa FK UI, memberi pemahaman terkait teknik relaksasi untuk mengurangi rasa pepat di dada pada anak.
Baca juga: Gejala Kelainan Darah Thalassemia Mayor, Jenis Thalassemia, Sifat Thalassemia, dan Risikonya
"Berkat dukungan dari Kepala Ruang Unit Transfusi dapat dilibatkan 12 anak dan 12 orangtua. Kegiatan juga melibatkan 8 orang mahasiswa magister keperawatan peminatan keperawatan anak sebagai fasilitator," kata dia.
Allenidekania menjelaskan, bagian terpenting dari penanganan Thalassemianya adalah anak memiliki afirmasi positif untuk dirinya.
"Bahwa anak adalah istimewa, dan anak menjadi kuat karena Tuhan sayang padanya," kata dia seraya menambahkan kalau sesi itu menjadi penutup kegiatan.