Alasan utamanya karena salah satu tugas estrogen adalah membantu menjaga pembuluh darah tetap fleksibel, sehingga berkontraksi dan melebar untuk mengakomodasi aliran darah.
"Begitu estrogen berkurang saat menopause, fungsi ini pun akan menurun,” jelas dr. Yeni.
Selain penyakit jantung, beberapa penyakit yang risikonya semakin meningkat saat menopause yaitu:
1. Osteoporosis (sebelum menopause, tulang wanita dilindungi oleh estrogen sehingga fungsi ini akan hilang);
2. Obesitas (menopause menyebabkan tubuh bertambah gemuk dan kehilangan massa jaringan tanpa lemak);
3. Infeksi Saluran Kemih/ISK (vagina yang semakin kering dan tipis menyebabkan bakteri lebih mudah berkembang);
4. Inkontinensia Urin (lapisan estrogen yang hilang pada lapisan kandung kemih membuat otot vagina mengendur).
“Kenyataan ini membuktikan bahwa ada baiknya perempuan serta orang-orang disekitarnya tidak meremehkan Menopause karena jika tidak ditangani dengan tepat bisa membahayakan perempuan," ungkap dia.
Baca juga: Cara Bedakan Gejala Serangan Jantung dengan Maag
Jika mengalami gejala dan efek yang berat sebelum, saat, dan setelah menopause, tentu ada terapi yang bisa dilakukan.
Misalnya, terapi hormon, di mana terapi estrogen bisa jadi pilihan pengobatan paling efektif untuk meredakan hot flashes menopause serta memperbaiki beberapa fungsi tubuh.
Namun, sebelum memutuskan pengobatan apapun, perempuan harus tahu bahwa risiko perubahan tubuh dan risiko timbulnya penyakit akibat menopause harus tetap dicegah terlebih dahulu dengan kebiasaan hidup sehat seperti berolahraga teratur, mengonsumsi makanan bernutrisi sehat dan gizi seimbang, dan menghilangkan kebiasaan buruk seperti merokok dan minum miras.
Seperti, perempuan harus rutin olahraga sebanyak 3x50 menit per minggu (total bergerak 150 menit per minggu) sesuai dengan anjuran WHO.
Tentu saja dengan jenis aktivitas yang disesuaikan dengan usia.
Aktivitas ini juga bisa membantu mengurangi resiko gangguan mental yang juga kerap timbul akibat Menopause.