Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA --Jawa Tengah menjadi salah satu provinsi yang menunjukan tren positif dalam percepatan penurunan stunting.
Dalam catatan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), angka TFR (total fertility rate) atau jumlah anak yang dilahirkan di Jawa Tengah sudah 2,09 dari target 2,1. (seorang ibu melahirkan rata-rata dua anak di Indonesia).
Baca juga: Yayasan Dana Kemanusiaan Kompas Bangun Jamban Sehat Keluarga di Surakarta, Ada 26 Set Jamban Sehat
Kondisi ini juga mempengaruhi faktor risiko stunting di Jawa Tengah yang menurun sejak tahun 2021.
Menurunnya angka stunting ini tak lepas dari jamban sehat, sanitasi yang bagus.
“Karena apa? Karena jambannya (masyarakat) lebih baik, sanitasi membaik, air minum lebih baik,” ungkap Kepala BKKBN Dr. (H.C) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K) dalam keteranfan tertulis yamg dikutip, Selasa (5/12/2023).
Menyinggung soal bonus demografi Jawa Tengah, Kabupaten Cilacap sedang berada di puncak bonus demografi, dengan rasio 43,06.
Baca juga: Kepala BKKBN Sesalkan Ada Sticker Wali Kota di Toples Menu Pencegah Stunting di Depok
Kemudian Kabupaten Banyumas 45,3 bonus demografi sedang berjalan. Rata - rata jawa tengah 43,16.
Sementara, angka unmetneed dan perkawinan usia dini saat ini Jawa Tengah juga mengarah kepada lebih baik.
“Kasus unmet need juga menurun. Usia perkawinan juga lebih baik di Jawa Tengah, yang tadinya di bawah 21, sekarang udah banyak mendekati usia 21. Tapi jangan kelamaan juga, sampai 35 idealnya bagi perempuan. Gerakan untuk ber-KB di Jawa Tengah ini luar biasa,” puji dr. Hasto.
Percepatan Penurunan Stunting terus dilakukan secara cepat dan masif, hal ini tak lepas dari cita-cita besar untuk menyambut Generasi Emas Indonesia pada tahun 2045.
Evaluasi Program Percepatan Penrunan Stunting tingkat Provinsi Jawa Tengah ini mempertemukan Kepala OPD KB dari 35 Kabupaten Kota se Jawa Tengah, TPPS Provinsi Jawa Tengah, Kepala Perwakilan BKKBN Jawa Tengah, juga Penjabat Gubernur Jawa Tengah Komjen Pol (Purn) Drs. Nana Sudjana A.S., M.M.
Baca juga: Bangun Kesadaran Hidup Higienis, TNI-Polri Bangun 300 Jamban Untuk Warga Wadas
Dalam sambutannya, Pj Gubernur Jawa Tengah optimistis jika akhir 2023 angka prevalensi stunting di Jawa Tengah bisa menyentuh 17 persen, bahkan dibawah itu.
“Saya harapkan sehabis ini kita punya komitmen untuk menurunkan stunting, dan mampu mencapai target. Bila perlu dibawah target, dibawah 14 persen,” ungkap Nana.
“Insyaallah target 14 persen kalau kita mau, tidak ada yang sulit. Semua ada solusinya, jika kita mau,” lanjut dia.
Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Tengah, Eka Sulistia Ediningsih mangatakan, selama tahun 2023, berbagai upaya telah dilakukan bersama secara konvergensi, dalam rangka mewujudkan tercapainya target penurunan prevalensi Stunting menjadi 14 persen di tahun 2024.
Diantaranya memperkuat sinergitas di masing-masing bidang TPPS Provinsi, melalui rapat koordinasi yang dilaksanakan setiap bulan.
Meningkatkan koordinasi dan penguatan kelembagaan TPPS Kabupaten/Kota, melalui berbagai kegiatan.
Terbitnya Surat Edaran Gubernur Jawa Tengah tentang KB Pasca Persalinan (KBPP) untuk di tindaklanjuti dalam bentuk regulasi di kabupaten/kota.
Melakukan monitoring dan evaluasi terpadu pasca roadshow Menko PMK, dimana isu dalam monitoring adalah ketersediaan Antropometri kit dan USG (ultra sonografi).
Kolaborasi dan konvergensi melalui Pengukuhan Pangdam IV Diponegoro sebagai Bapak Asuh Anak Stunting (BAAS). Dokumen Strategi Komunikasi dan perubahan perilaku Provinsi Jawa Tengah bersama Unicef dan Tanoto Foundation.
Generasi Emas bisa tercapai ketika bonus demografi bisa di optimalkan dengan baik. Bonus demografi dengan lebih dari 50 persen penduduk Indonesia berada di usia produktif.
"Pentingnya mempersiapkan generasi tangguh dari saat ini, agar sumber daya manusia yang berkualitas bisa terwujud, bonus demografi termanfaatkan dengan maksimal, dan Indonesia berhasil menjadi negara maju," kata Eka.