"Jadi, jumlahnya sekitar 18,5 persen. Dan jangan-jangan dari 900 pasangan yang menikah itu kalau kita data semua, yang lingkar lengannya kurang dari 23,5 jumlahnya 18,5 persen,” jelas Hasto.
Bagi mereka yang mengalami kondisi tersebut, Hasto meminta untuk jangan hamil dulu.
Sesuai data yang dimiliki Pemkab Nias Barat, sehari rata-rata hanya tiga pasangan yang menikah, dan mereka mendapat pendampingan dari Tim Pendamping Keluarga (TPK).
Dokter Hasto menambahkan bahwa di Nias Barat, BKKBN mempunyai 315 orang yang tergabung dalam Tim Pendamping Keluarga.
“Jika dihitung rata-rata 1800 orang yang hamil tiap tahun, berarti dari 315 orang TPK ini dalam setahun per orang (TPK) hanya mengurusi sekitar enam ibu hamil,” jelas dokter Hasto.
• Sanitasi
Kepala BKKBN juga membahas tentang faktor lain penyebab stunting.
Salah satunya sanitasi, seperti air bersih dan jamban.
Hasto menyampaikan dari data Verval KRS, air bersih di beberapa kecamatan di Nias Barat tidak layak minum seperti di Kecamatan Moro’o, Kecamatan Mandrehe Utara, dan kecamatan Ulu Moro’o.
Jamban dan rumah tidak layak huni juga banyak terdapat di tiga kecamatan tersebut.
Hasto berharap Pemkab Nias Barat mengusulkan program ke Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat untuk segera dilakukan perbaikan di tiga kecamatan tersebut.
“Biasanya sering diare karena air tidak bersih. Begitu berat badan naik, pasti turun lagi karena diare.Faktor air bersih penting sekali," lanjut Hasto.
Faktor lain yang mempengaruhi stunting adalah 4Terlalu. Yaitu Terlalu Muda, Terlalu Tua, Terlalu Dekat dan Terlalu Banyak anak.
“Potret di Nias Barat, yang jumlah anaknya banyak masih lebih banyak," terang Hasto.