"Misalnya kalau hanya kaya alergi, itu tidak boleh. Harus tahu bahwa dia alergi ada atau tidak. Bisa (dikenali) lewat gejala, pemeriksaan klinis dan tes alergi," jelasnya.
Kedua, kemampuan menentukan jenis alergi. Alerginya apa? Makanan, misalnya. Setelah itu ketahui kelompok makanan, apa saja yang bisa sebabkan anak alergi.
Kemudian, dari hasil tes alergi dilakukan eliminasi.
"Kemudian kalau sudah tahu anak saya alergi cokelat, susu, bulu binatang, debu rumah, itu harus punya kemampuan jenis penyebab. Kalau itu semua bisa dilakukan dengan baik, maka anak jadi tidak lagi bergejala," paparnya.
Ketika dalam tiga minggu konsisten gejala menghilang, langkah selanjutnya adalah provokasi.
Provokasi adalah mengonsumsi kembali makanan yang diduga penyebab alergi, setiap hari selama seminggu.
"Kalau gejala muncul lagi, baru kita katakan secara defenitif bahwa dia punya reaksi terhadap alergi susu sapi. Perlu dilakukan pantangan. Kalau memastikan bisa ditindaklanjuti tes alergi," tambahnya.
Namun dengan informasi eliminasi sembuh dan provokasi muncul lagi. Dokter sudah bisa dilakukan tindakan.