News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Penderita Kanker Semakin Banyak, YKI: Kita Belum Bisa Kalahkan Industri Rokok

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: willy Widianto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Mahasiswa Universitas Surabaya (Ubaya) menunjukkan karya berupa kupu-kupu kertas dan kerajinan kertas berbentuk wanita bertuliskan ajakan deteksi dini kanker payudara untuk memperingati 'Bulan Kesadaran Kanker Payudara (Breast Cancer Awareness Month) di area Plaza Fakultas Bisnis dan Ekonomi Ubaya, Rabu (18/10/2023). Aksi yang diprakarsai mahasiswa Fakultas Psikologi Ubaya Sabrina Putri Anjani bersama lima mahasiswa yang tergabung dalam Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Ubaya ini terinspirasi dari ibu salah satu mahasiswa yang menjadi seorang 'survivor' (pejuang) kanker payudara dan mengharuskan untuk operasi pengangkatan payudara. SURYA/HABIBUR ROHMAN

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengobatan penyakit kanker pada masa kini jauh lebih baik dari sebelumnya. Namun, situasinya ternyata lebih buruk.

Banyak orang yang terkena kanker, bahkan di usia yang masih muda. Jumlah kasus baru kanker di Indonesia menurut data Global Burden of Cancer Study (Globocan) 2020 ada 396.914 kasus dengan jumlah kematian sebanyak 234.511 kasus.

Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia(YKI), Prof. DR. dr. Aru Wisaksono Sudoyo, SpPD-KHOM, FINASIM, FACP menyebut hal tersebut disebabkan oleh beberapa hal, salah satunya industri rokok yang masih masif di tanah air.

"Lebih jelek. Kemampuan kita mengobati lebih bagus, tapi yang kena lebih banyak karena memang satu hal. Kita belum bisa mengalahkan industri rokok," ujarnya pada acara HUT ke 47 Tahun Yayasan Kanker Indonesia (YKI) : Bersama Menutup Kesenjangan dalam Melawan Kanker di Jakarta, Rabu (24/4/2024).

Selain industri rokok yang masif, gaya hidup mengkonsumsi makanan instan atau junkfood serta fastfood juga masih banyak dilakukan. Ditambah dengan kurangnya aktivitas. Sebagai contoh, untuk jarak yang dekat saja saat ini banyak orang lebih banyak memilih naik sepeda motor.

"Jadi kita tahu bahwa faktor makanan saja mengambil risiko kira-kira 35 persen, rokok 30 persen dan kurang olahraga mengambil tempat juga untuk faktor risiko," kata Prof Aru.

Pola hidup seperti ini membuat penyakit kanker kondusif bertambah dibandingkan dengan dahulu. Prof Aru pun berharap pemerintah dalam hal ini Kementerian Kesehatan(Kemenkes) memerhatikan usaha-usaha mengenai deteksi dini.

Di sisi lain pihaknya pun akan terus mengedukasi masyarakat dengan menggandeng pemerintah agar kanker dapat dideteksi lebih dini.

"Okelah gaya hidup preventif, itu baik dilakukan. Tapi deteksi dini sesuatu yang konkret, kita harus bisa. Belum semua perempuan mau diperiksa mammografi walau alatnya ada. Pap smear juga belum tentu mau," tutupnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini