"Untuk itu, kami mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk mengambil langkah proaktif dengan menerapkan gerakan 3M Plus secara konsisten dan mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang intervensi inovatif pencegahan salah satunya melalui vaksinasi," ujar Andreas.
Pihaknya berkomitmen untuk memerangi DBD melalui pencegahan inovatif dengan memastikan ketersediaan akses bagi seluruh masyarakat di Indonesia.
Selain itu, menjalin kemitraan yang kuat bersama-sama dengan pemerintah dan para pemangku kepentingan lainnya untuk mencapai tujuan bersama ‘nol kematian akibat DBD di tahun 2030'.
Secara terpisah, Profesor dalam bidang farmakoepidemiologi dari Universitas Gadjah Mada Prof. dr. Jarir At Thobari, D.Pharm., Ph.D, menjelaskan, penanganan endemik penyakit seperti DBD di Indonesia melalui strategi vaksinasi dapat memberikan dampak signifikan dalam menekan jumlah kasus dan mengurangi beban biaya kesehatan.
Hasil kajian efektivitas biaya yang yang dilakukan UGM baru-baru ini menunjukkan bahwa vaksinasi DBD tidak hanya menghemat biaya dari perspektif pelayanan kesehatan dan masyarakat, tetapi juga memberikan manfaat kesehatan yang substansial dengan mengurangi jumlah kasus DBD dan rawat inap.
"Temuan ini sejalan dengan rekomendasi terbaru dari WHO yang mendukung penggunaan vaksinasi sebagai bagian dari program kesehatan publik. Implementasi program vaksinasi DBD di Indonesia diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan mengurangi beban ekonomi akibat penyakit ini," ujar Prof Thobari.
Dalam rangka memperingati ASEAN Dengeu Day (ADD) tahun 2024, Kementerian Kesehatan menyelenggarakan serangkaian kegiatan seperti media dan blogger gathering yang dilakukan pada tanggal 13 Juni 2024 di Jakarta, serta seminar awam pada tanggal 27 Juni 2024 di Batam.