Laporan Wartawan Tribunnews.com Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pendarahan obsetrik pascapersalinan masih menjadi salah satu penyebab kematian terbesar pada ibu pascapersalinan.
Setiap persalinan dapat menyebabkan pendarahan.
Oleh sebab itu, setiap bidan yang siap menangani persalinan, harus siap juga menangani pendarahan pascapersalinan (PPH).
Hal ini dikatakan dr. R. Detty Siti Nurdiati Z, MPH., Ph.D., Sp.OG (K), Spesialis Obstetri dan Ginekologi Konsultan – Perhimpunan Obstetri dan Ginekologi Indonesia & peneliti Department Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada saat
Detty menekankan tindakan preventif seperti skrining faktor risiko, tindakan pencegahan dan penegakan diagnosis sebagai langkah pertama yang krusial dalam mencegah PPH.
"Dengan melakukan tindakan preventif yang tepat, risiko kematian ibu dapat dikurangi secara signifikan. Beliau juga mengajak seluruh pihak untuk berkolaborasi dalam menurunkan angka PPH di Indonesia," katanya saat talkshow Bidan Sebagai Garda Terdepan Pencegahan Anemia dan Perdarahan Pascapersalinan di Jakarta, Selasa (13/8/2024).
Temuan Laporan State of the World's Midwifery (2021) menegaskan bahwa bidan adalah pilar utama dalam sistem kesehatan yang tangguh. Namun, tantangan masih besar.
Kesenjangan kualitas pelayanan, terutama di daerah terpencil, serta ancaman seperti perdarahan pascapersalinan (PPH) mengharuskan kita untuk memperkuat sistem pendidikan dan pelatihan bidan, serta meningkatkan akses terhadap fasilitas kesehatan yang memadai.
Baca juga: RS Muhammadiyah Bandung Kembalikan Dana ke BPJS Kesehatan Usai KPK Temukan Kecurangan Klaim Fiktif
Baca juga: Siap-siap! Iuran BPJS Kesehatan Bakal Naik
Seorang bidan dan influencer, Jamiliatus Sa’Diyah menekankan pentingnya dukungan yang memadai bagi para bidan di seluruh Indonesia dalam upaya menurunkan angka kematian, khususnya kematian yang disebabkan pendarahan pascapersalinan pada ibu.
“Untuk mencapai tujuan ini, kita perlu memastikan bahwa setiap ibu memiliki akses yang mudah terhadap pelayanan kesehatan berkualitas,” ujarnya.
Ia menyoroti pentingnya pelatihan berkelanjutan bagi para bidan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam menangani berbagai kasus kebidanan.
“Selain kolaborasi dengan ahli medis, dukungan pelatihan dan teknologi kesehatan terbaru juga mendukung para bidan dalam memberikan pelayanan yang lebih baik bagi masyarakat,” kata Jamiliatus.
UNFPA telah meluncurkan rangkaian kegiatan edukasi untuk meningkatkan kapasitas para bidan di Indonesia.
Spesialis Kesehatan Seksual dan Reproduksi UNFPA, dr. Sandeep Nanwani menjelaskan, kegiatan ini bertujuan untuk membekali bidan dengan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk memberikan pelayanan berkualitas, komprehensif, dan berpusat pada pasien.
“Dengan demikian, bidan tidak hanya berperan sebagai tenaga kesehatan, tetapi juga sebagai sosok yang dipercaya dan diandalkan oleh masyarakat,” ujar dr. Sandeep Nanwani.
Baca juga: PP Kesehatan Perketat Regulasi Terkait Susu Formula Bayi, Berikut Isi Pasal 33 Nomor 28 Tahun 2024
Danone Indonesia telah melakukan 84 penelitian mengenai berbagai isu kesehatan ibu dan anak, termasuk anemia, stunting, dan malnutrisi. Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, Direktur Sains Medis Danone Indonesia, menjelaskan bahwa penelitian-penelitian ini bertujuan untuk menemukan solusi yang efektif dalam mengatasi masalah kesehatan, termasuk isu pendarahan pascapersalinan yang dialami oleh Ibu.
Selain itu, screening anemia merupakan kunci untuk mengurangi prevalensi anemia, terutama bagi ibu hamil untuk mencegah risiko pendarahan pascapersalinan.
“Screening anemia meliputi inspeksi fisik dan melihat kecukupan gizi. Karena ketika terjadi anemia defisiensi zat besi, maka ibu juga mengalami defiesiensi zat gizi mikro yang lain sehingga bisa mengganggu asupan nutrisi ke si Kecil. Hal-hal seperti inilah yang tentu penting untuk terus diedukasi oleh para Bidan, agar para Ibu bisa memahami pentingnya pencegahan dan risiko anemia," katanya.