Laporan Wartawan Tribunnews.com Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bedah jantung minimal invasif saat ini menjadi salah satu tindakan medis intervensi jantung di samping pemasangan stent pada pembuluh darah jantung, dan yang terbaru dengan menggunakan DEB (Drug Eluted Baloon) atau tindakan jantung lainnya.
Dokter Wirya Ayu Graha, Sp.BTKV, Subsp. JD, Dokter Spesialis Bedah Toraks dan Kardiak Vaskular, Subspesialis Bedah Jantung Dewasa dari Heart & Vascular Center Bethsaida Hospital mengatakan, saat ini bedah jantung minimal invasif belum banyak dilakukan di Indonesia.
"Penanganan dirancang khusus untuk memberikan alternatif penanganan yang lebih aman, nyaman dan efisien bagi pasien yang memerlukan operasi jantung, dengan masa pemulihan yang lebih singkat dan prosedur ini juga membutuhkan pelatihan dan sertifikasi karena menggunakan teknik yang memerlukan keahlian khusus dari dokter operator," kata Wirya dalam keterangannya, Senin (2/9/2024).
Baca juga: Bolehkah Olahraga Usai Bedah Jantung? Ini Kata Dokter
Dikatakannya, bedah jantung minimal invasif adalah prosedur yang dilakukan melalui satu atau lebih sayatan kecil di tubuh, berbeda dengan operasi jantung terbuka yang biasanya melibatkan satu sayatan panjang di bagian depan dada dan layanan ini tersedia di Bethsaida Hospital.
Ahli bedah menggunakan kamera dan alat-alat khusus yang dimasukkan melalui sayatan dan alat-alat khusus tersebut kemudian diarahkan di antara tulang rusuk untuk mencapai jantung.
"Teknik minimal invasif ini dapat menawarkan keuntungan seperti bekas luka yang lebih sedikit, rasa nyeri yang lebih ringan, dan pemulihan yang lebih cepat dibandingkan dengan operasi jantung terbuka, yang biasanya memerlukan pemotongan tulang dada untuk mengakses jantung," katanya.
Teknik bedah juga memberikan banyak manfaat bagi pasien, termasuk mengurangi risiko infeksi, mengurangi nyeri pasca operasi, dan mempercepat waktu pemulihan.
"Dengan pendekatan minimal invasif, kami dapat memberikan perawatan yang lebih optimal dan mendukung kualitas hidup pasien setelah operasi, seperti bisa lebih cepat kembali bekerja,” katanya.
Ditambahkan dr Wirya, bedah jantung minimal invasif dapat direkomendasikan untuk menangani beberapa kondisi atau keluhan penyumbatan pembuluh darah jantung, masalah katup jantung yakni prosedur bypass arteri koroner pada pasien dengan penyumbatan yang banyak.
Kemudian masalah katup jantung yakni perbaikan atau penggantian katup jantung yang rusak, seperti katup mitral atau aorta, dengan sayatan yang lebih kecil, lubang pada jantung seperti penanganan kecacatan seperti lubang di dinding jantung (ASD).
"Bisa juga dilakukan untuk pasien gangguan irama jantung, tumor jantung berupa pengangkatan tumor jinak di dalam jantung dan pemasangan alat pacu jantung seperti alat pacu jantung atau defibrillator dengan sayatan minimal," katanya.
Wirya mencontohkan untuk prosedur bypass arteri koroner pada pasien dengan penyumbatan yang banyak, operasi jantung invasif minimal biasanya memakan waktu sekitar tiga hingga lima jam.
Selama operasi jantung invasif minimal, ahli bedah jantung akan membuat satu atau lebih sayatan kecil di sisi dada pasien, menggunakan instrument operasi yang khusus dan lebih panjang dari instrument biasa.
"Mengarahkan alat di antara tulang rusuk untuk mencapai jantung, memperbaiki jantung seperti penggantian katup jantung, pemasangan alat atau pengangkatan tumor dan menutup sayatan dengan jahitan.
Dibandingkan dengan operasi jantung terbuka, operasi jantung minimal invasif mungkin menawarkan manfaat seperti pemulihan lebih cepat, lebih sedikit kehilangan darah, bekas luka yang kurang terlihat, menurunkan risiko pendarahan atau infeksi, mengurangi rasa sakit dan masa rawat inap lebih singkat.