News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Benarkah Maltodextrin dalam Susu Formula Penyebab Diabetes dan Gagal Ginjal pada Anak? Ini Kata Ahli

Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Willem Jonata
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi susu formula.

Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA - Belakangan ini, isu terkait maltodextrin pada susu formula mencuat di media sosial.

Salah satu jenis gula ini dinarasikan berbahaya untuk kesehatan anak, lantaran memicu meningkatnya diabetes.

Doktor dalam bidang ilmu gizi Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta, Dr. Rosyanne Kushardina S.Gz Msi., menjelaskan maltodextrin adalah salah satu bahan makanan tambahan (BTP) yang aman, terbuat dari bahan alami, dan tidak hanya terdapat dalam susu formula.

BPOM telah mengatur soal bahan tambahan pangan melalui BPOM No. 11 Tahun 2019.

“Sesuai namanya, BTP memang ditambahkan secara sengaja ke produk makanan/minuman, untuk tujuan teknologi pada pembuatan maupun pengolahan pangan untuk menghasilkan komponen tertentu atau memengaruhi sifat pangan tersebut, baik secara langsung atau tidak langsung,” tutur Dr. Rosyanne dalam kegiatan forum Ngobras di Jakarta, Selasa (4/9/2024).

Doktor dalam bidang ilmu gizi Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta, Dr. Rosyanne Kushardina S.Gz Msi (jilbab hijau) dan Dokter spesialis anak konsultan nutrisi dan metabolik dari FKUI, dr. Yoga Devarea Sp.A(K). (Tribunnews.com/ Rina Ayu)

Selain itu, maltodekstrin juga kerap digunakan sebagai pengganti laktosa pada produk susu, untuk mereka yang intoleransi terhadap laktosa.

Secara alami, maltodektrin tidak ada dalam bahan pangan, tetapi zat ini dibuat dari bahan alami, yakni pati dari sumber karbohidrat seperti umbi-umbian, serealia, dan jagung.

Baca juga: Kemenkes Jelaskan Dampak Pemberian Susu Formula pada Anak

Kemudian dilakukan proses hidrolisis terhadap zat pati dari sumebr karbohidrat tersebut, lalu terbentuklah maltodekstrin.

Ia mengungkapkan, Maltodekstrin hampir tidak memiliki rasa manis. Derajat kemanisan bisa diukur dengan dextrose equivalent (D), yang dibagi menjadi rendah (<20), sedang (21 – 55), dan tinggi (>55). Maltodekstrin memiliki nilai DE 3 – 19.

Maltodekstrin bisa digunakan untuk bermacam tujuan tergantung nilai DE-nya.

“Maltodekstrin dengan DE10 bisa digunakan untuk produk-produk instan seperti saos instan dan produk diet. Maltodekstrin dngan D15 biasa digunakan pada minuman isotonik, dan DE19 digunakan untuk bubuk cokelat, produk susu, dan dessert,” papar Rosyanne.

Terkait maltodekstrin yang dikaitkan dengan peningkatan kandungan gula pada susu, dan menyebabkan gagal ginjal pada anak, dikatakannya tidak tepat.

Selain ada pada susu, maltodekstrin juga ada di produk yang asin atau gurih seperti kaldu ayam dan kaldu jamur, karena dia berperan sebagai filler.

Maltodekstrin telah dinyatakan aman oleh FDA dan Codex. 

Bijak Konsumsi Gula

Gula salah satu nutrisi esensial, namun ada aturan penggunaannya.

Dokter spesialis anak konsultan nutrisi dan metabolik dari FKUI, dr. Yoga Devarea Sp.A(K), memaparkan bahwa maltodextrin adalah salah satu dari banyak sekali jenis gula.

Gula adalah sumber karbohidrat dan termasuk nutrisi esensial, yang artinya tidak bisa dibuat sendiri oleh tubuh.

“Gula berfungsi sebagai pemenuhan energi untuk mendapatkan tenaga (selain dari protein dan lemak). Kalau asupan kalorinya rendah, pertumbuhan terganggu sedangkan kalau berlebih kegemukan,” jelas dr. Yoga.

WHO merekomendasikan 10 persen dari total kalori. Jika di bawah 5 persen maka lebih baik. Asosiasi dokter anak di negara lain akan merekomendasikan total gula tambahan di bawah 10 persen dari total kalori.

Ia pun menyoroti isu yang menyatakan bahwa gula dari makanan atau minuman menyebabkan banyak pasien gagal ginjal pada anak dan menjalani cuci darah di RSCM.

"Betul bahwa konsumsi gula yang berlebihan bisa berujung pada berbagai penyakit kronis, tapi prosesnya lama. Jadi kalau waktu kecil banyak kosumsi gula, dia jadi gemuk. Saat dewasa bisa kena diabetes, yang menyebabkan gagal ginjal. Tapi ini tidak terjadi ketika masih anak-anak; prosesnya panjang,” jelasnya.

Karena itu, ibu harus cermat saat membaca label pangan. Saat membeli produk susu untuk anak  perhatikan gula tambahan seperti sukrosa (gula pasir), bukan kadar gula total.

Mengapa? Dalam gula total tersebut, juga terkandung sumber karbohidrat lainnya, seperti laktosa dan maltodekstrin yang keduanya aman dan tidak terkait dengan masalah kesehatan.

“Laktosa sangat spesial karena ada di susu mamalia. Kadar laktosa pada ASI sangat tinggi dibanding pada mamalia lain, karena itu penting dalam perkembangan otak. Adapun penyerapan laktosa membutuhkan enzim pencernaan yaitu laktase, yang berfungsi untuk memecah laktosa menjadi molekul yang lebih sederhana sehingga bisa diserap oleh tubuh. Anak-anak yang memiliki kondisi intoleransi laktosa sehingga tidak bisa mencerna laktosa, memerlukan susu khusus yang tidak mengandung laktosa,” papar dr. Yoga. 

Oleh karenanya, tidak benar bahwa maltodekstrin dalam produk susu pertumbuhan tidak aman.

Maltrodextrin dibuat dari bahan alami, yaitu pati dari sumber karbohidrat seperti umbi-umbian, serealia, dan jagung.

Penggunaannya maltodextrin sudah diatur dalam aturan BPOM.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini