Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Penyakit autoimun itu terjadi ketika sistem kekebalan tubuh yang seharusnya melindungi tubuh dari penyakit malah menyerang sel, jaringan, dan organ tubuh.
Autoimun dapat menyerang semua organ atau sistem organ tubuh pada tubuh manusia, termasuk pembuluh darah.
Baca juga: Tiga Penyakit Autoimun yang Sering Menyerang Anak-anak
Gejala umum penyakit meliputi kelelahan, nyeri sendi, masalah kulit, nyeri perut, demam berulang, dan pembengkakan kelenjar.
Lantas kenapa seseorang bisa terkena autoimun?
Dokter dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr. Endah Citraresmi bagikan faktor risiko kenapa seseorang bisa terkena autoimun.
Baca juga: Sempat Kabarkan Terkena Autoimun, Erika Carlina Pastikan Kini Kondisinya Sudah Sehat
Pertama, paling banyak dipengaruhi oleh genetik.
"Misalnya bapaknya talasemia, ibunya talasemia, anaknya punya risiko talasemia mayor. Nah, ternyata auto-imun itu mekanismenya tidak semua sesimpel itu. Ibunya bisa saja punya auto-imun A, anaknya auto-imunnya B. Jadi tidak selalu sama," ungkapnya pada media briefing virtual, Selasa (3/9/2024).
Kedua, autoimun bisa disebabkan karena disregulasi imun, atau pengaturan sistem imun yang terganggu.
Ketiga, adanya faktor lingkungan. Terdapat interaksi antara gen dengan lingkungan yang bisa mencetuskan autoimun.
"Meskipun ini masih banyak dipelajari apa saja sih, ada yang berpendapat soal polusi lingkungan, penggunaan deterjen, pengawet dalam makanan," imbuhnya.
Hingga saat ini banyak sekali teori yang berkembang terkait interaksi gen dengan lingkungan yang mencetuskan autoimun.
Keempat, autoimun juga cenderung terjadi pada salah satu gender tertentu.
Baca juga: Terawan Sebut Imunoterapi Efektif Atasi Tantangan Kesehatan Modern, seperti Alergi dan Autoimun
Contohnya salah satu jenis autoimun yaitu lupus, paling sering terjadi pada perempuan, yaitu 9 banding 1 dengan laki-laki.
"Dan ini diduga adalah memang dipengaruhi oleh hormon seks. Jadi estrogen itu bisa memicu untuk terjadinya lupus. Sementara hormon-hormon yang progesteron itu memproteksi," jelasnya.
Kelima, sinar matahari pada beberapa jenis autoimun contohnya lupus, bisa memicu terjadinya sebagai pencetus dari auto-imun.
Terakhir infeksi. Pada anak, infeksi sering sekali dikaitkan sebagai pencetus autoimun.
"Nah, jadi kalau misalnya kita ketemu pasien yang baru didiagnosis autoimun, kalau kita telusuri, ternyata sebelumnya dia ada infeksi," tuturnya.