Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA -- Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah Prof. Dr. dr. Yoga Yuniadi, Sp.JP(K) menerangkan, ada beberapa kebiasaan dan pola hidup yang dapat meningkatkan risiko terkena aritmia jantung.
Aritmia jantung atau gangguan ritme jantung, adalah kondisi medis yang berpotensi serius pada kesehatan dan kualitas hidup seseorang.
Baca juga: Mengenal Teknologi Skrining Jantung, Ini Perbedaan CT Scan dengan Kateterisasi
Gangguan ini mencakup berbagai ketidaknormalan dalam ritme detak jantung, dari detak yang terlalu cepat (takikardia) hingga terlalu lambat (bradikardia), dan dapat mengganggu fungsi jantung dalam memompa darah secara efisien.
Dokter Yoga menuturkan, konsumsi alkohol berlebihan dan penggunaan kafein dalam jumlah besar dapat mempengaruhi ritme jantung dan memicu aritmia.
Selain itu, merokok juga merupakan faktor risiko yang dapat memperburuk kesehatan jantung dan meningkatkan kemungkinan gangguan ritme.
Baca juga: Anggapan Tentang Penderita Sakit Jantung Dilarang Olahraga Hanya Mitos, Begini Kata Dokter
Stres kronis dan pola tidur yang tidak teratur dapat mempengaruhi kesehatan jantung dan memicu aritmia.
"Termasuk juga kurangnya aktivitas fisik dan diet tidak sehat yang kaya akan lemak jenuh dan garam dapat juga meningkatkan risiko penyakit jantung dan aritmia," ungkap dokter dari RS Siloam TB Simatupang Jakarta ini, Selasa (10/9/2024).
Untuk mengurangi risiko terkena aritmia, penting untuk mengadopsi gaya hidup sehat yang meliputi diet seimbang dengan banyak buah, sayuran, dan biji-bijian.
Melakukan olahraga teratur seperti jalan kaki, berlari, atau bersepeda untuk membantu menjaga kesehatan jantung dan regulasi ritme.
Menghindari alkohol dan kafein dalam jumlah berlebihan serta berhenti merokok adalah langkah penting dalam pencegahan aritmia.
Mengelola stres melalui teknik relaksasi seperti meditasi atau yoga juga dapat membantu menjaga kesehatan jantung.
Menjaga berat badan ideal dan menjalani pemeriksaan kesehatan jantung secara rutin dapat membantu mendeteksi masalah sejak dini dan mengambil tindakan preventif yang diperlukan.
Menjaga kualitas tidur dan memastikan pola tidur yang teratur juga berperan penting dalam mendukung kesehatan jantung secara keseluruhan.
"Deteksi aritmia sering kali memerlukan pemantauan melalui Elektrokardiogram (EKG). Untuk pemantauan jangka panjang, Holter Monitor dapat digunakan," kata dia.
Pertimbangan faktor lainnya adalah riwayat keluarga dan juga kondisi medis.
Perawatan untuk aritmia jantung dapat berupa pendekatan tergantung pada jenis dan keparahan aritmia.
Obat-obatan antiaritmia seperti Amiodarone, Antikoagulan, Beta-Blocker dan Calcium Channel Blockers juga sering digunakan untuk mengatur detak jantung dan mengurangi gejala.
Selain itu terapi elektrofisik seperti kardioversi menggunakan kejutan listrik untuk mengembalikan ritme jantung yang normal, sedangkan ablasi kateter, yang melibatkan penggunaan energi radiofrekuensi atau cryoablation, dapat menghilangkan area jaringan jantung yang menyebabkan aritmia.
Serta pada kasus yang lebih kompleks, pemasangan pacemaker atau Implantable Cardioverter Defibrillator (ICD) mungkin diperlukan untuk mengatur detak jantung dan mencegah aritmia berbahaya.
Adapun metode inovatif yang tersedia saat ini diantaranya ablasi konvensional dan cryoablation.
Cryoablation adalah teknik perawatan terbaru yang menggunakan suhu sangat rendah untuk membekukan jaringan jantung yang menyebabkan gangguan ritme.
Prosedur ini umumnya efektif dan memiliki waktu pemulihan yang lebih singkat, tetapi tidak semua pasien cocok untuk cryoablation.
Metode ini sering digunakan untuk fibrilasi atrium dan takikardia supraventrikular dan pemilihan prosedur harus didasarkan pada penilaian medis yang cermat.
Kendala utama dari cryoablation termasuk risiko komplikasi seperti pendarahan dan kerusakan jaringan serta efektivitas yang mungkin bervariasi dan memerlukan terapi tambahan.