News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Bagaimana BPA dalam Kemasan Dapat Bermigrasi ke Air? Ini Penjelasan Pakar

Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Anita K Wardhani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Guru Besar dalam bidang ilmu Rekayasa Proses Pengemasan Pangan, Teknologi Pangan IPB Dr. Nugraha Edhi Suyatma, S.T.P., DEA (berkaca mata dan berbaju batik abu-abu) dalam forum Ngobras di Jakarta, Selasa (10/9/2024).

Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA – Bisphenol-A atau BPA tidak bisa dilepaskan dalam kehidupan sehari-hari, lantaran banyak ditemukan pada barang-barang di sekitar.

Tidak hanya pada kemasan pangan seperti air galon, BPA juga ada pada barang-barang lain misalnya thermal paper yang digunakan pada kertas ATM/struk belanja, CD, peralatan olahraga, hingga peralatan medis seperti selang kateter dan tambalan gigi.

Baca juga: Bahaya BPA Ancam Kesehatan, Produsen Wajib Taat Regulasi BPOM

BPA adalah bahan baku pembuatan jenis plastik polikarbonat dan epoksi.

“BPA diproses dengan bahan lain untuk menjadi polikarbonat. Kalau sudah jadi polikarbonat, dia menjadi material yang kuat. Kandungan BPA-nya sudah hampir tidak ada lagi, dan yang tersisa pun tidak mudah luruh,” papar Guru Besar dalam bidang ilmu Rekayasa Proses Pengemasan Pangan, Teknologi Pangan IPB Dr. Nugraha Edhi Suyatma, S.T.P., DEA dalam forum Ngobras di Jakarta, Selasa (10/9/2024).

Ahli polimer ini memaparkan, sisa BPA yang ada pada kemasan polikarbonat atau epoksi baru dapat berpotensi bermigrasi hanya pada kondisi ekstrim yakni melting point (titik leleh) 200 derajat Celcius.

“Proses distribusi pun misalnya terkena panas dan sinar matahari selama perjalanan, tidak akan lebih dari 50 derajat. Jadi risiko migrasi sangat kecil sebenarnya,” ungkap dia.

Karenanya masyarakat tidak perlu khawatir mengenai adanya migrasi BPA ke air.

Studi-studi terkait BPA yang ada belum konsisten dan belum cukup kuat.

Misalkan, penelitian di Makassar menemukan, uji migrasi dari BPA pada kemasan pangan berkisar antara 0,0001 – 0,0009 mg/kg, jauh dari batasan BPOM 0,05 mg/kg.

Baca juga: Pakar Kebijakan Publik Sebut Pelabelan Bahaya BPA oleh BPOM Harusnya Didukung Semua Pihak

"Tidak perlu khawatir. Paparan BPA sangat kecil bahkan penelitian juga menunjukan hal itu, sangat kecil sehingga aman

Adapun jumlah suatu zat dalam milligram per kilogram berat badan yang dapat dikonsumsi dalam sehari tanpa menimbulkan efek merugikan terhadap kesehatan atau TDI (tolerable daily intake) yang ditetapkan yaitu 4 mg/kg BB.

Jika berat badan (BB) 75 kg, maka batas asupan harian BPA maksimal yaitu (4 x 75) = 300 mg. Sekalipun air minum terpapar oleh BPA, kadarnya hanya 1/1.000 bagian.

Sehingga memerlukan 10.000 liter air dalam sekali minum untuk bisa mendapatkan kadar BPA yang melebihi ambang batas aman.

“Itu kan hal yang mustahil,” ujar Prof Nugraha.

Untuk diketahui aturan batas aman BPA seperti EMA (European Medicines Agency) dan BfR (Federal Institute for Risk Assessment - Jerman) misalnya, memiliki nilai referensi yang lebih tinggi, yaitu 50 mikrogram/kg berat badan per hari.

BfR menetapkan batas 0,2 mikrogram kg BB/hari. Sebagai informasi, 1 mikrogram = 1.000 nanogram. Maka bila dikonversi ke nanogram, TDI di Jerman yaitu 200 nanogram/kg BB/hari.

Di Indonesia, batas aman toleransi atau TDI BPA belum diatur, namun Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menetapkan batas migrasi maksimum BPA 0,05 mg/kg. Ini sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Badan POM Nomor 20 Tahun 2019 tentang Kemasan Pangan.

 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini