TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Peran penghulu untuk menurunkan angka stunting di Indonesia dinilai penting. Sebab, penghulu bisa memberikan edukasi kepada para calon pengantin yang nantinya bakal memiliki keturunan. Mereka juga diberi pemahaman oleh penghulu agar tidak menikah pada usia terlalu muda.
Baca juga: Berhasil Tekan Kemiskinan Ekstrem-Stunting, Surabaya Terima Insentif Rp19 Miliar dari Sri Mulyani
“Memberikan pengetahuan secara komprehensif kepada pasangan usia subur tentang penyiapan kehidupan berkeluarga. Karena peran sebagai orang tua menjadi sangat penting dan strategis, khususnya mengenai pengetahuan kesehatan reproduksi dan seksual," ujar Plh. Kepala BKKBN, Drs. Tavip Agus Rayanto, M.Si saat Kick Off Gerak Penghulu “Sejuta Catin Siap Cegah stunting”, secara hybrid di BKKBN Pusat dikutip dari akun Youtube BKKBNOfficial, Jumat(13/9/2024).
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) bersama Asosiasi Penghulu Republik Indonesia (APRI) bekerjasama tangani stunting. Percepatan penurunan stunting, dimulai dari hulu yaitu calon pengantin (catin), melalui perubahan perilaku masyarakat yang bisa dicegah sejak hulu.
"Calon pengantin harapannya bisa terpotret status kesehatannya,” ujar dia.
Dari data yang ada diketahui tren perkawinan usia muda dan perceraian akhir-akhir ini mengalami peningkatan signifikan. Penyebab perceraian sungguh kompleks.
Baca juga: Gelar Pekan Pelayanan KB Serentak, BKKBN Targetkan 1,4 Juta Akseptor
“Dari beberapa sumber, perceraian paling banyak karena persoalan disharmonis, ada 97.615 kasus, kemudian tidak bertanggung jawab salah satu pasangan ada 81.266 kasus, alasan ekonomi ada 74.559 kasus, dan adanya campur tangan pihak ketiga 25.310 kasus dan alasan-alasan yang lain,” papar Tavip.
Sementara itu, Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama RI, Prof. Dr. Phil. H. Kamaruddin Amin, MA, mengatakan bahwa mencegah stunting adalah tugas fundamental banyak pihak.
Pencegahan stunting harus dilakukan secara sinergis dan kolaboratif dari seluruh lapisan masyarakat, lembaga, kementerian, entitas masyarakat, para ulama, para mubaligh, para penceramah, para penghulu, para penyuluh dan semua masyarakat.
Baca juga: Sukses Turunkan Prevalensi Stunting, Pemprov Jateng Terima Penghargaan Insentif Fiskal Rp6,45 Miliar
“Karena penyebab stunting juga sangat kompleks, tapi hampir semuanya sesungguhnya bersentuhan dengan kehidupan penghulu, kita sehari-hari. Oleh karena itu mungkin tidak berlebihan jika saya mengatakan bahwa penghulu adalah sebuah entitas di antara yang paling strategis untuk mengatasi persoalan stunting di Indonesia,” ujarnya.
Stunting adalah 'nightmare' bagi masa depan Indonesia. Karenanya, penghulu yang berkaitan langsung dengan keluarga-keluarga Indonesia tentu memainkan peran yang sangat strategis dalam sosialisasi bahaya stunting.
"Ini membuktikan bahwa penghulu bukan hanya mengurusi atau mencatat peristiwa nikah saja, bukan hanya menjadi pendamping," tambahnya.
“Jadi penghulu itu adalah konsultan keluarga keluarga Indonesia. Penghulu bisa memberikan konsultasi tentang keluarga," tambah Kamaruddin.
Baca juga: Jaga Masa Depan Bangsa, Perusahaan Ini Beri Bantuan untuk 100 Anak Suspek Stunting di Bandung
Ketua Umum APRI, H. Madari, S.Ag, menyampaikan sebanyak 130 penghulu berasal dari Jabodetabek hadir langsung pada acara ini dan ribuan lainnya, terdiri dari seluruh KUA dan penyuluh, hadir secara daring melalui zoom meeting dan akun youtube BKKBNOfficial.
Sementara 1.000 KUA langsung dengan zoom. "Ditandai juga dengan penandatanganan kesepahaman antara BKKBN dengan APRI sebagai titik awal gerakan penghulu dalam penanganan stunting yang berkesinambungan,” imbuh Madari.
Ia pun menjelaskan rencana tindak lanjut dari kegiatan ini. Pertama, memberikan bimbingan teknis dalam bentuk workshop sebanyak sembilan angkatan yang dikawal oleh Pusdiklat BKKBN. Dimulai tanggal 17 September sampai 1 Oktober 2024.