Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Setidaknya seperempat atau 22.500 dari mereka yang terluka di Gaza hingga 23 Juli 2024 diperkirakan mengalami cedera yang memerlukan layanan rehabilitasi sekarang dan untuk tahun-tahun mendatang.
Menurut analisis Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), analisis tersebut menemukan bahwa cedera anggota tubuh yang parah, diperkirakan berjumlah antara 13.455 hingga 17.550.
Baca juga: Hanya 17 Rumah Sakit yang Masih Beroperasi di Gaza, 39 Fisioterapis Tewas
Banyak dari mereka yang cedera mengalami lebih dari satu cedera.
Menurut laporan tersebut, antara 3.105 hingga 4.050 amputasi anggota tubuh juga telah terjadi.
Lonjakan besar terjadi pada cedera sumsum tulang belakang, cedera otak traumatis, dan cedera luka bakar parah.
Baca juga: Belgia Mengirimkan 511 Tenda ke Gaza, Diangkut dengan Pesawat Belgium Defence A400M
Semuanya berkontribusi terhadap jumlah keseluruhan cedera yang mengubah hidup, yang mencakup ribuan wanita dan anak-anak.
“Lonjakan besar kebutuhan rehabilitasi terjadi bersamaan dengan hancurnya sistem kesehatan,” kata Dr. Richard Peeperkorn, Perwakilan WHO di wilayah Palestina yang diduduki dilansir dari website resmi, Kamis (12/9/2024.
“Pasien tidak bisa mendapatkan perawatan yang mereka butuhkan. Layanan rehabilitasi akut sangat terganggu dan perawatan khusus untuk cedera kompleks tidak tersedia, sehingga membahayakan nyawa pasien," lanjutnya.
Sehingga, dukungan segera dan jangka panjang sangat dibutuhkan untuk mengatasi kebutuhan rehabilitasi yang sangat besar.
Saat ini, hanya 17 dari 36 rumah sakit yang masih berfungsi sebagian di Gaza.
Sementara perawatan kesehatan primer dan layanan tingkat masyarakat sering kali ditangguhkan atau tidak dapat diakses karena ketidakamanan, serangan, dan perintah evakuasi berulang kali.
Satu-satunya pusat rekonstruksi dan rehabilitasi anggota tubuh di Gaza, yang terletak di Kompleks Medis Nasser dan didukung oleh WHO, menjadi tidak berfungsi pada Desember 2023.
Hal ini karena kurangnya persediaan dan petugas kesehatan khusus terpaksa pergi untuk mencari keselamatan, dan kemudian dibiarkan rusak setelah penggerebekan pada Februari 2024.