News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Palestina Vs Israel

Puluhan Ribu Orang Terluka di Gaza Tak Terpenuhi Kebutuhan Rehabilitasi, WHO Bersuara

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Anita K Wardhani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Seorang pria meletakkan seorang gadis muda di samping seorang anak laki-laki Palestina yang terluka dalam serangan Israel saat ia berbaring di brankar di Kompleks Medis Nasser di Khan Yunis di Jalur Gaza selatan pada 21 Agustus 2024, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan gerakan militan Hamas. (Photo by Bashar TALEB / AFP)

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi


TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Setidaknya seperempat atau 22.500 dari mereka yang terluka di Gaza hingga 23 Juli 2024 diperkirakan mengalami cedera yang memerlukan layanan rehabilitasi sekarang dan untuk tahun-tahun mendatang.


Menurut analisis Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), analisis tersebut menemukan bahwa cedera anggota tubuh yang parah, diperkirakan berjumlah antara 13.455 hingga 17.550.

Baca juga: Hanya 17 Rumah Sakit yang Masih Beroperasi di Gaza, 39 Fisioterapis Tewas


Banyak dari mereka yang cedera mengalami lebih dari satu cedera.


Menurut laporan tersebut, antara 3.105 hingga 4.050 amputasi anggota tubuh juga telah terjadi.


Lonjakan besar terjadi pada cedera sumsum tulang belakang, cedera otak traumatis, dan cedera luka bakar parah.

Baca juga: Belgia Mengirimkan 511 Tenda ke Gaza, Diangkut dengan Pesawat Belgium Defence A400M


Semuanya berkontribusi terhadap jumlah keseluruhan cedera yang mengubah hidup, yang mencakup ribuan wanita dan anak-anak.


“Lonjakan besar kebutuhan rehabilitasi terjadi bersamaan dengan hancurnya sistem kesehatan,” kata Dr. Richard Peeperkorn, Perwakilan WHO di wilayah Palestina yang diduduki dilansir dari website resmi, Kamis (12/9/2024.


“Pasien tidak bisa mendapatkan perawatan yang mereka butuhkan. Layanan rehabilitasi akut sangat terganggu dan perawatan khusus untuk cedera kompleks tidak tersedia, sehingga membahayakan nyawa pasien," lanjutnya.


Sehingga, dukungan segera dan jangka panjang sangat dibutuhkan untuk mengatasi kebutuhan rehabilitasi yang sangat besar.

Warga Palestina berdiri di halaman sekolah Al-Jawni (Jaouni) setelah serangan udara Israel menghantam lokasi tersebut, di Nuseirat, Jalur Gaza tengah, pada 11 September 2024, di tengah perang yang sedang berlangsung di wilayah Palestina antara Israel dan Hamas. - Serangan udara Israel pada 11 September menghantam sekolah Gaza tengah, badan pertahanan sipil wilayah yang dikuasai Hamas melaporkan 10 orang tewas di fasilitas yang diubah menjadi tempat perlindungan pengungsian itu dan militer mengatakan serangan itu menargetkan militan. (Photo by Eyad BABA / AFP) (AFP/EYAD BABA)


Saat ini, hanya 17 dari 36 rumah sakit yang masih berfungsi sebagian di Gaza.


Sementara perawatan kesehatan primer dan layanan tingkat masyarakat sering kali ditangguhkan atau tidak dapat diakses karena ketidakamanan, serangan, dan perintah evakuasi berulang kali.


Satu-satunya pusat rekonstruksi dan rehabilitasi anggota tubuh di Gaza, yang terletak di Kompleks Medis Nasser dan didukung oleh WHO, menjadi tidak berfungsi pada Desember 2023.


Hal ini karena kurangnya persediaan dan petugas kesehatan khusus terpaksa pergi untuk mencari keselamatan, dan kemudian dibiarkan rusak setelah penggerebekan pada Februari 2024.


Tragisnya, sebagian besar tenaga rehabilitasi di Gaza sekarang mengungsi.


Laporan menunjukkan 39 fisioterapis telah tewas hingga 10 Mei.


Layanan rehabilitasi dan prostetik rawat inap tidak lagi tersedia dan jumlah orang dengan cedera yang membutuhkan produk bantuan jauh melebihi peralatan yang tersedia di Gaza.


Mitra melaporkan bahwa stok produk bantuan penting seperti kursi roda dan kruk telah habis dan sulit untuk mengisi kembali persediaan karena terbatasnya aliran bantuan ke Gaza.


Analisis ini hanya berfokus pada cedera baru yang terjadi sejak meningkatnya permusuhan pada Oktober 2023.


Namun, puluhan ribu warga Palestina di Gaza sudah hidup dengan kondisi kronis dan gangguan yang sudah ada sebelumnya.


Sehingga mereka menghadapi risiko yang signifikan karena kurangnya layanan yang tepat.

 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini