News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

10 Mitos Tentang Bunuh Diri yang Harus Diketahui

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: willy Widianto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi bunuh diri terjun dari gedung

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Lebih dari 700 ribu kematian terjadi karena bunuh diri setiap tahunnya di seluruh dunia. Tiap satu kematian bunuh diri, terdapat 20 kali percobaan bunuh diri.

Baca juga: Mengapa Ide Bunuh Diri Bisa Muncul? Berikut Penjelasan Dokter

Hingga saat ini, kasus bunuh diri itu menduduki peringkat keempat untuk kematian di seluruh dunia terutama untuk usia 15-29 tahun. Di tengah angka bunuh diri yang masih tinggi, masih banyak mitos yang ditemukan.

Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa dari RSUD Tarakan, dr Zulvia Oktanida Syarif, SpKJ menyebut jika ada 10 mitos tentang bunuh diri yang masih beredar di tengah masyarakat.

Pertama, orang yang berbicara tentang bunuh diri hanya mencari perhatian. "Pernah dengar 'ah dia paling cari perhatian' doang itu. Faktanya, orang yang berbicara ingin bunuh diri, itu sering kali benar-benar memikirkan untuk melakukannya," ujarnya pada Seminar Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia Tahun 2024 secara virtual, Selasa (17/9/2024).

Baca juga: Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia, Ini Tanda Orang Ingin Mengakhiri Hidup, Tolong Jangan Diabaikan

Mungkin bisa saja ide bunuh diri diucapkan secara bercanda. Namun menurut dr Zulvia tetap harus ditanggapi serius. Mitos kedua, orang yang benar-benar ingin bunuh diri tidak akan memberi tanda peringatan.

Menurut Zulvia ini merupakan pemahaman yang salah. Faktanya, orang yang ingin bunuh diri selalu menunjukkan tanda-tanda.

"Kadang-kadang kita tahu tandanya setelah kejadian. Semua itu bisa dicegah. Kadang-kadang orang tua dan orang sekitar (malah) memaksakan ketika seseorang tidak dalam keadaan tidak baik-baik saja. Jangan paksakan orang break down untuk lari," tegasnya.

Baca juga: Polda Jambi: Polsek Kumpeh Diserang Diduga Karena Ada Tahanan Bunuh Diri, Keluarga Tak Terima

Ketiga, berbicara tentang bunuh diri akan mendorong orang lain untuk melakukannya. Masyarakat masih takut jika ada yang membicarakan bunuh diri.

Ketakutan ini muncul karena khawatir orang-orang akan ikut-ikutan melakukan bunuh diri. "Tidak (benar) kita tidak akan memasukkan ide bunuh diri jika tidak punya ide itu sebelumnya. Jadi dia sudah ada depresi atau kerentanannya," imbuhnya.

Berikutnya mitos mengenai orang yang mencoba bunuh diri lemah atau pengecut. Zulvia menegaskan jika anggapan ini adalah mitos.  Kelima, jika seseorang sudah memutuskan untuk bunuh diri, tidak ada yang bisa menghentikannya. Anggapan ini, kata Zulvia adalah tidak benar.  

Baca juga: Ibu Muda di Jaksel Laporkan Suami Karena KDRT: Pelaku Coba Bunuh Diri Agar Laporan Dicabut

"Walau berkali-kali bilang yakin, tidak ingin hidup lagi, kita masih punya peluang dia untuk bertahan," tambahnya.

Keenam, setelah krisis bunuh diri berlalu orang tersebut sudah aman.  Terkait hal ini, Zulvia menganjurkan agar orang tersebut tetap harus dipantau dan dipandu untuk dirujuk ke psikolog.

Ketujuh, bunuh diri hanya terjadi pada orang punya masalah besar.  "Mitos. Besar atau kecilnya masalah itu subjektif," lanjutnya.

Baca juga: Self-harm hingga Ingin Bunuh Diri, Masalah Mental yang Sering Disepelekan

Kedelapan, orang yang melakukan bunuh diri pasti mengalami gangguan mental. Sebagian besar kasus bunuh diri memang terjadi karena adanya gangguan mental. Tapi, ada pula karena tindakan impulsif akibat terlalu stres menghadapi kondisi kehidupan.

Selanjutnya mitos kesembilan, bunuh diri terjadi tanpa peringatan. "Itu juga mitos, karena banyak tandanya. Kesepuluh upaya bunuh diri tiba-tiba impulsif. Memang ada impulsif, tapi sering kali ada perencanaan," tutupnya. 

 

 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini