TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ada banyak alasan mengapa seseorang mungkin mempertimbangkan nekat melakukan aksi bunuh diri. Bisa saja karena depresi, kecemasan, tekanan sosial hingga masalah keuangan.
Baca juga: 10 Mitos Tentang Bunuh Diri yang Harus Diketahui
Bunuh diri adalah tindakan yang mengancam kehidupan seseorang dengan sengaja. Hal ini menjadi isu serius di berbagai negara dan telah menyebabkan konsekuensi tragis bagi individu, keluarga, dan masyarakat secara luas.
Memahami penyebab dan faktor risiko bunuh diri, dampak sosial dan emosional yang dihadapi oleh keluarga dan masyarakat, serta statistik bunuh diri dan dampaknya pada masalah kesehatan masyarakat, penting untuk meningkatkan kesadaran dan mengambil langkah-langkah pencegahan yang efektif.
Terkait hal tersebut, Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa, dr Zulvia Oktanida Syarif, SpKJ menyebut sesuatu yang bisa menyelamatkan nyawa seseorang berniat bunuh diri adalah narasi positif seperti yang diserukan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Baca juga: Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia, Ini Tanda Orang Ingin Mengakhiri Hidup, Tolong Jangan Diabaikan
"Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengajak kita mengkampanyekan mengubah narasi mengenai bunuh diri. Ternyata penting, narasi negatif hanya memperkuat stigma. Orang jadi tidak mau mencari bantuan," ujarnya pada 'Seminar Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia Tahun 2024' secara virtual, Selasa (17/9/2024).
Ia pun mencontohkan salah satu narasi negatif seperti ada individu atau seseorang yang bercerita punya ide bunuh diri dan orang-orang di sekitarnya langsung menganggap dia gila. Akibatnya, orang yang punya pikiran bunuh diri tetap diam dan takut meminta bantuan.
Selain itu, menurut Zulvia ada beberapa narasi yang dapat membahayakan orang lain. Misalnya, orang yang memiliki keinginan bunuh diri itu dinilai lemah. Bunuh diri adalah pilihan yang tidak bisa diubah. Atau membicarakan bunuh diri akan menular pada orang lain.
Baca juga: Mengapa Ide Bunuh Diri Bisa Muncul? Berikut Penjelasan Dokter
Menurut dr Zulvia sudah seharusnya masyarakat mulai menumbuhkan narasi positif. "Seperti bunuh diri adalah masalah kesehatan mental serius. Bantuan tersedia dan efektif, membicarakan bunuh diri adalah upaya mencari bantuan. Sehingga narasi itu penting," ujarnya.
Zulvia menjelaskan jika bunuh diri adalah tindakan sengaja mengakhiri hidup sendiri. Bunuh diri adalah masalah kesehatan mental yang sangat serius.
"Bunuh diri bukan sekadar pilihan. Dan bisa terjadi pada siapa saja. Tanpa memandang usia, gender atau latar belakang sosial,"ujarnya.
Baca juga: Self-harm hingga Ingin Bunuh Diri, Masalah Mental yang Sering Disepelekan
Lebih lanjut Zulvia menjelaskan siapa saja orang yang berisiko melakukan bunuh diri. Pertama, sebagian besar muncul dari orang yang punya gangguan mental.
Seperti orang dengan depresi, bipolar, skizofrenia, gangguan kepribadian ambang, dan yang juga mengalami adiksi atau gangguan penggunaan zat adiktif.
Baca juga: Polda Jambi: Polsek Kumpeh Diserang Diduga Karena Ada Tahanan Bunuh Diri, Keluarga Tak Terima
Kedua, orang yang impulsif atau tengah menghadapi krisis kehidupan seperti masalah ekonomi, penyakit dan relasi. Ketiga, orang yang berada dalam situasi sulit. Seperti berada di daerah konflik, bencana, mengalami kekerasan atau terisolasi lingkungan. Termasuk orang yang mengalami perlakuan diskriminatif.