News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Virus Monkeypox

Vaksin MVA-BN Sudah Disetujui WHO dan BPOM, Sudahkah Terbukti Lawan Mpox?

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Whiesa Daniswara
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

28 AGUSTUS: Tabung uji darah cacar monyet (Mpox), yang dinyatakan positif, terlihat di antara tabung uji darah lainnya di Ankara, Turki pada 28 Agustus 2024. Hakan Nural / Anadolu Hakan Nural / ANADOLU / Anadolu via AFP

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Penggunaan vaksin cacar monyet atau Mpox di Indonesia telah mendapat persetujuan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI.

Artinya, vaksin Mpox dapat diberikan dalam situasi darurat kesehatan.

Saat ini, vaksin Mpox yang digunakan di Indonesia adalah jenis Modified Vaccinia Ankara-Bavarian Nordic (MVA-BN). 

Yaitu vaksin turunan cacar (smallpox) generasi ketiga yang bersifat non-replicating.

Lantas, apakah vaksin ini sudah terbukti bisa lawan Mpox?

Terkait hal ini, Ahli Epidemiologi Griffith University Dicky Budiman beri penjelasan.

Ia menjelaskan jika vaksin MVA-BN telah terbukti memberikan perlindungan kepada Mpox.

"Ya, vaksin MVA-BN telah diuji klinis dan terbukti memberikan perlindungan terhadap Mpox," ungkap Dicky pada keterangannya, Kamis (19/9/2024).

Menurut data dari WHO, studi menunjukkan bahwa vaksin ini mampu memicu respons imun yang kuat terhadap virus Orthopox, termasuk virus Mpox. 

Berdasarkan laporan Centers for Disease Control and Prevention (CDC), MVA-BN menunjukkan efikasi sebesar 85 persen dalam mencegah infeksi virus Mpox.

Baca juga: Apakah Langkah Pemerintah Sudah Tepat untuk Hadapi Mpox? Ini Kata Epidemiolog 

Vaksin ini awalnya dikembangkan untuk melawan cacar.

"Tapi juga efektif dalam memberikan perlindungan silang terhadap Mpox, karena kedua virus ini sangat erat terkait" imbuhnya.

Lebih lanjut, Dicky mengungkapkan jika wabah Mpox terbaru pada tahun 2022-2023 melibatkan lebih dari 85.000 kasus yang dilaporkan di lebih dari 100 negara di luar Afrika.

Di mana penyakit ini sebelumnya bersifat endemik.

Di Eropa dan Amerika, penyebaran utamanya terjadi melalui kontak dekat.

"Penyebaran global ini menegaskan perlunya vaksinasi sebagai salah satu alat pengendalian," pungkasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini