"Pada anak, DBD banyak menyerang usia 5 sampai 14 tahun. Mereka yang terinveksi virus dengue, bisa menularkan ke 6 orang lainnya. Sebanya 73 persen kasus dengue terjadi pada anak-anak usia 5 sampai 44 tahun," bebernya.
Dia menjelaskan, ada 2 sumber infeksi DBD, yakni nyamuk yang membawa virus dengue. Virus dengue punya 4 sel.
"Nyamuk ini bisa berkeliaran 100 meter ke depan kanan kiri dan belakang, atau dengan daya jangkau 2 hektare. Nyamuk ini sifatnya khas. Tipe nyamuk pekerja yang menengai korbannya pada siang sampai sore hari. Jadi DBD ini bisa menyerang orang usia produktif," sebutnya.
Di menambahkan, nyamuk pembawa virus DBD sifatnya hanya menyerang manusia dan saat menyerang mampu menggingit berkali-kali. "Cuaca cepat berubah yang gampang panas dan gampang hujan, membuat nyamuk ini bisa menyerang dengan ganas," ujarnya mengingatkan.
Dia menambahkan, sejauh ini belum ada obat untuk orang yang terkena virus dengue. Virus ini memicu perembesan cairan darah keluar. Dengue bisa digambarkan oleh orangtua mendadak muncul dan punya 3 fase kritis dalam seminggu sampai 10 hari.
"Korban mengalami demam lalu turun dan demam lagi. Saat demam turun, korban justru mengalami fase kritis, bukan fase sehat. Korban terlihat seperti gelisah, dijak bicara tidak nyambung. Karena itu saat demam turun malah harus diwaspadai," ujarnya mengingatkan.
Anak kecil yang belum bisa bicara dan terkena virus dengue biasanya mukanya berubah merah dan tidak disertai pilek.
Karena itu dr Anggraini menekankan pentingnya pemberian vaksinasi DBD.
"Kasus dengue di Indonesia tertinggi di Asia Tenggara. Pemberian vaksi dengue bisa diberikan 2 kali pada anak usia 6 tahun hingga dewasa usia 44 tahun," ungkap dr Anggraini.
Dr. Derek Wallace, President Global Vaccine Business Unit Takeda berpendapat, Indonesia telah menunjukkan komitmen yang kuat dalam memerangi DBD.
"Dilihat dari sudut pandang global, Indonesia menjadi contoh bagi dunia dalam pencegahan DBD, di mana para pemangku kepentingan dari berbagai sektor bersinergi secara efektif untuk melawan penyakit yang mengancam jiwa ini," ujarnya.
Kepemimpinan pemerintah dalam mendorong inisiatif manajemen vektor, memperkuat kolaborasi multi-sektor, serta mengadaptasi pencegahan inovatif seperti vaksinasi ke dalam strategi nasional, menunjukkan pendekatan terintegrasi yang memberikan dampak.
"Saya yakin bahwa dengan dedikasi berkelanjutan dari seluruh pemangku kepentingan, Indonesia berada di jalur yang tepat untuk mencapai tujuan bersama nol kematian akibat dengue pada tahun 2030,” ujarnya.
Di juga menekankan. DBD disebabkan oleh empat serotipe virus dengue, dan merupakan penyakit serius yang bisa menyerang seseorang lebih dari sekali, dengan infeksi lanjutan yang berpotensi lebih parah.
CAPTION:
Acara Diskusi Media Takeda Indonesia membahas upaya penanganan DBD di Indonesia, Kamis, 18 September 2024.