Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA – Penyakit Trigeminal Neuralgia mendapatkan julukan sebagai Suicide Disease karena dianggap sebagai suatu kondisi paling menyakitkan yang dialami manusia.
Kondisi ini mengakibatkan beberapa penderitanya berkeinginan melakukan tindak bunuh diri karena tidak mampu menahan rasa sakit luar biasa.
Karena itu, pengananan trigeminal neuralgia harus serius dengan tatalaksana terpadu.
Seseorang yang mengalami trigeminal neuralgia akan merasakan nyeri hebat di satu sisi wajah yang mirip seperti disengat listrik, tersayat-sayat hingga panas terbakar.
Aktivitas harian seperti berbicara, makan, minum, menggosok gigi, bahkan sentuhan ringan seperti terkena angin sepoi-sepoi, cuci muka atau memakai riasan dapat memicu munculnya nyeri hebat.
Awalnya orang dengan trigeminal neuralgia mengalami episode nyeri yang singkat dan ringan. Namun bisa memburuk dan menyebabkan serangan nyeri hebat yang sering dan lebih lama.
“Dianggap sebagai nyeri terhebat yang bisa diderita manusia, karena memengaruhi saraf trigeminal yang membawa sinyal dari wajah ke otak dan dapat berlangsung dan bersifat nyeri kronis,” ujar dokter syaraf dr. Mustaqim Prasetya, SpBS, SubSp. N-Func (K) di RS Pusat Otak Nasional (PON) Jakarta, Jumat (4/10/2024).
Penyebab Trigeminal Neuralgia
Insiden neuralgia trigeminal diperkirakan sebesar 5,5 per 100.000 orang per tahun, dan meningkat seiring bertambahnya usia. Kondisi ini lebih sering terjadi pada wanita dan orang yang berusia lebih dari 40 tahun.
Penyebab nyeri ini berasal dari saraf trigeminal yang berada di setiap sisi wajah.
Terjadi penekanan pembuluh darah pada saraf trigeminal di pangkal otak yang memicu cedera selaput saraf dengan manifestasi rasa nyeri hebat pada wajah.
Ada banyak penyebab potensial lainnya seperti tumor atau kelainan pembuluh darah yang menekan saraf trigeminal, perlengketan struktur otak, serta cedera saraf pasca trauma wajah atau operasi juga bisa menjadi pemicu. Penyakit seperti multiple sclerosis dan beberapa penyakit autoimun yang sebabkan kerusakan selubung mielin pelindung saraf juga dapat menyebabkan nyeri neuralgia trigeminal.
Terapi untuk Trigeminal Neuralgia
1. Pemberian Obat Antikejang
Pengobatan biasanya dimulai dengan pemberian obat antikejang yang bisa meredakan nyeri saraf.
Obat penghilang nyeri biasa tak mampu meredakan nyeri trigeminal neuralgia.
2. Operasi Dekompresi
Namun, seiring waktu, beberapa pasien mungkin tidak lagi merespons pengobatan antikejang, maka terdapat pilihan pengobatan lain yang lebih agresif.
Misalnya operasi dekompresi mikrovaskular (Micro-Vascular Decompression/ MVD Surgery). Prosedur ini melakukan pemindahan atau pengangkatan pembuluh darah yang menyentuh saraf trigeminal untuk menghentikan kerusakan saraf sehingga menghilangkan nyeri.
Terapi memiliki angka keberhasilan yang tinggi dan bisa menghentikan atau mengurangi nyeri selama bertahun-tahun, bahkan membuat pasien bebas dari nyeri. Hanya sedikit pasien yang mengalami kambuh dalam 3 hingga 5 tahun setelah operasi.
3. Intervenasi Nyeri Perkutan
Tindakan ini mengatasi nyeri wajah dengan cara membuat cedera minimal terkontrol pada ganglion (pangkal) saraf trigeminal yang berlokasi di dasar tengkorak.
Tindakan ini meliputi prosedur Percutaneous Radio Frequency Rhizotomy (PRFR) dan Percutaneous Balloon Compression (PBC). Kedua tindakan ini membutuhkan jarum khusus yang dengan panduan sinar X akan ditusukkan melalui pipi sisi wajah yang sakit ke lokasi ganglion saraf trigeminal di dasar tengkorak.
“Ini bisa menjadi pilihan bagi mereka yang tidak siap atau gagal pasca operasi MVD, kondisi medis berat serta pada wanita hamil penderita neuralgia trigeminal dengan nyeri luar biasa tak tertahankan,” ungkap dr Tyo.
Beberapa terapi komplementer bisa membantu pengobatan utama mengatasi nyeri seperti Akupunktur dan penyuntikan toksin botulinum (Botox).
Pemeriksaan dan perawatan gigi dan gusi harus dilakukan berkala karena biasanya kesehatan mulut, gigi dan gusi tidak optimal akibat serangan nyeri berulang.
Seperti penderita nyeri kronis lainnya, rasa cemas, depresi, putus asa dapat memperberat penderitaan akibat neuralgia trigeminal sehingga perlu pendampingan psikolog atau hipnoterapist untuk memperkuat mekanisme adaptasi kejiwaan penderitanya.
Baca juga: Tidak hanya Orang Tua, Migrain Bisa Dialami oleh Anak-Anak
“Kami mengembangkan pelayanan pengobatan neuralgia trigeminal secara terpadu yang melibatkan tim multidisiplin yang terdiri dari dokter spesialis neurologi divisi saraf tepi dan cefalgia, bedah saraf, dokter gigi berpengalaman, radiologi, anestesi, ahli gizi klinik, serta tenaga keperawatan dan psikolog,” ujar dr Tyo.